Jakarta – Seribu hari pertama adalah fase kritis yang sangat menentukan masa depan manusia. Kesehatan dan kecerdasan seorang anak dipengaruhi di fase ini. Karena itu pemberian asupan gizi optimal pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) mutlak diperlukan untuk menghindari stunting.

Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo mengatakan, dalam 1.000 HPK kemampuan dasar manusia berkembang. Jika terganggu prosesnya akan terjadi stunting, karena pada fase ini terjadi perkembangan pesat otak manusia yang menentukan banyak hal bagi kehidupan setiap individu.

“Peningkatan upaya promotif dan preventif dalam rangka perbaikan gizi melalui optimalisasi pengasuhan seribu hari kehidupan dan penyiapan perencanaan kehidupan berkeluarga bagi remaja adalah dua hal penting selain dengan memastikan terpenuhinya kebutuhan fisik (gizi) dan mental ibu serta bayi selama masa kehamilan hingga anak menginjak usia dua tahun,” kata Hasto melalui keterangan pers tertulis, Selasa (13/9/2022).

Baca Juga

Untuk itu, Hasto menuturkan, ada lima strategi yang bisa dilakukan untuk memaksimalkan 1.000 HPK, agar tercipta generasi yang sehat, unggul, dan berdaya saing:

BACA JUGA
Deteksi Penderita TBC Berkontribusi pada Upaya Pencegahan Stunting
1.000 HPK jangan sampai terlewat

Banyak yang berpendapat bahwa ukuran fisik, termasuk tubuh pendek, gemuk, dan beberapa penyakit tertentu, disebabkan oleh faktor genetik. Maka timbul anggapan bahwa tidak banyak yang dapat dilakukan untuk memperbaiki atau mengubah kondisi tersebut.

Namun, berbagai bukti ilmiah dari banyak penelitian yang dilakukan oleh lembaga riset gizi dan kesehatan terbaik di dunia, telah mengubah paradigma tersebut.

Ternyata, tubuh pendek, gemuk, penyakit kronis, dan beberapa indikator kualitas hidup lainnya, ditentukan oleh kualitas tumbuh kembang anak di 1.000 HPK dan itu dimulai dengan bagaimana status gizi ibu selama hamil hingga anak berusia 2 tahun.

1.000 HPK juga dikatakan sebagai periode sensitif, karena dampak yang ditimbulkan akan bersifat permanen dan tidak dapat dikoreksi. Dampak tersebut tidak hanya pada pertumbuhan fisik, tetapi juga pada perkembangan mental dan kecerdasannya.

Nutrisi merupakan titik awal untuk mengoptimalkan 1.000 HPK

Proses tumbuh kembang janin dipengaruhi oleh kondisi fisik dan kesehatan ibu sewaktu remaja dan saat akan menjadi ibu, maka prakonsepsi perlu diprioritaskan.

Pemeriksaan kesehatan 3 bulan sebelum melangsungkan pernikahan untuk mengetahui lingkar lengan atas, tinggi dan berat badan serta kadar hemoglobin (Hb) perlu dilakukan calon ibu.

Dengan demikian, upaya untuk mencegah terjadinya gangguan tumbuh kembang janin sampai anak berusia 2 tahun, dimulai dari perbaikan status gizi dan kesehatan juga untuk mengurangi risiko bayi lahir stunting.

Ketika hamil, pertumbuhan otak seorang anak manusia sangat pesat. Tak hanya otak, perkembangan organ penting janin yang lain juga berlangsung, seperti jantung, hati, ginjal. Pertumbuhannya pun terus berjalan seiring dengan pertambahan berat dan panjang badannya.

Semua proses ini nyatanya memang harus dimaksimalkan selama kehamilan, karena pada saat dilahirkan, sebagian besar perubahan akan menetap atau selesai, kecuali beberapa fungsi, seperti perkembangan otak dan imunitas yang masih akan terus berlanjut hingga usia 2 tahun.

Memaksimalkan pemberian nutrisi di periode emas, secara singkat dapat ditempuh melalui cara ibu mengonsumsi makanan beraneka ragam selama hamil dan menyusui.

Selain itu, melakukan inisiasi menyusui dini segera setelah kelahiran bayi. Lalu dilanjutkan dengan pemberian hanya ASI di 6 bulan pertama kehidupan bayi. Lalu memberikan Makanan Pendamping ASI (MPASI) secara bertahap pada usia 6 bulan dengan tetap memberikan ASI, serta menimbang berat badan, tinggi badan, dan lingkar kepala bayi secara rutin setiap bulan.

Stimulasi penting untuk mendukung nutrisi

Selain gizi yang optimal, stimulasi di usia dini juga tak bisa diremehkan. Pasalnya, otak si kecil tak akan berkembang tanpa adanya rangsangan bahasa, sosial, emosional, sensorik, dan motorik dari orang tua dan lingkungan di sekitar.

Struktur otak memang sudah terbentuk sejak dalam kandungan. Namun, fungsi otak sangat ditentukan dari bagaimana stimulasi yang diperolehnya sejak dini.

Stimulasi berperan menumbuhkan serabut-serabut saraf antar sel-sel otak. Semakin rapat dan panjang serbut otak, anak semakin cerdas. Stimulasi pertumbuhan dan perkembangan harus dilakukan sesuai tahapan usianya.

Jutaan neuron dalam otak dihubungkan oleh sinapsis atau serabut saraf yang berfungsi sebagai pengantar informasi antar sel-sel otak (neuron). Saat bayi beradaptasi dengan hal-hal di sekitarnya, saat itulah sinapsis baru di otak membawa pengetahuan baru. Bahkan, faktanya otak seorang bayi baru lahir mengembangkan 2-3 juta sinapsis per detik.

Jika sinapsis tersebut dilatih, pengetahuan akan bertahan di otak bayi. Sebaliknya, jika tidak dilatih maka pengetahuan dapat menghilang. Bisa dikatakan, kecerdasan yang dimiliki anak bergantung pada bagaimana stimulasi yang didapat. Jika tidak mendapat stimulasi, tentunya perkembangan akan jadi lebih lambat.

Memproteksi anak dengan imunisasi

Pertumbuhan seorang anak tentu tak akan optimal apabila tidak didukung oleh tubuh yang sehat.

Sementara, imunitas tubuh sebagai garda terdepan untuk menangkal bakteri dan virus penyebab penyakit, belum sepenuhnya lengkap saat anak masih bayi.

Padahal, setiap hari sejak si Kecil dilahirkan, ia terpapar banyak sekali kuman yang membahayakan kesehatan dan keselamatannya. Di sinilah pemberian imunisasi lengkap sangat dibutuhkan.

Imunisasi rutin lengkap terdiri dari imunisasi dasar dan lanjutan. Imunisasi rutin lengkap yang diwajibkan diberikan kepada bayi di 1000 HPK.

Pentingnya menjaga lingkungan sehat

Lingkungan yang sehat dan layak huni menjadi salah satu syarat suatu daerah dapat terbebas dari masalah stunting.

Salah satu syarat agar suatu daerah terbebas dari stunting adalah terciptanya lingkungan yang sehat dan layak huni, seperti sanitasi yang baik dan juga tersedianya air bersih.

Terpenuhinya sanitasi dan air bersih memiliki pengaruh besar terhadap angka penurunan stunting di Indonesia, terutama terkait asupan gizi yang diterima tubuh pada anak.