Capres nomor urut 3 Ganjar Pranowo 

JAKARTA – Calon Presiden nomor urut 3 Ganjar Pranowo menyentil program makan siang gratis yang diusung pasangan nomor urut 2 Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.

Ganjar awalnya menceritakan pengalaman dirinya bertemu seorang pendeta saat berkampanye di Papua. Pendeta bernama Leo itu, kata Ganjar, menolong seorang ibu melahirkan ketika tidak ada fasilitas layanan kesehatan di tempat tinggal mereka.

Baca Juga

“Bapak-Ibu, bagaimana menolongnya? Mereka kalau membawa ke rumah sakit, rumah sakitnya jauh. Ke mana mereka harus lewat? Bukan (karena) jalannya rusak atau jelek, (tetapi) tidak ada jalan,” kata Ganjar dalam acara sarasehan bersama eksponen, alumni, dan aktivis Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) di Jakarta, Kamis.

“Dan kemudian kita berpesta pora ngomong tinggi-tinggi sekali. Maaf, dan kemudian Rp400 triliun mau digunakan untuk makan siang,” ujar Ganjar yang disambut riuh hadirin.

Selain itu, Ganjar juga menyebutkan bahwa dia bersama Cawapres Mahfud Md akan mempertimbangkan anggaran yang akan dipakai untuk rakyat bila terpilih nanti.

“Kalau kita bicara program yang kemudian akan diberikan kepada rakyat, tentu kita bisa menimbang-nimbang siapakah sumbernya? Untuk apa? Mana yang jadi prioritas? Karena rasanya IKN (Ibu Kota Nusantara) yang butuh sekitar Rp400 triliun saja itu tidak selesai-selesai,” kata Ganjar usai acara.

Sebelumnya, Anggota Dewan Pengarah Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran, Hashim Djojohadikusumo, mengungkapkan bahwa anggaran yang dibutuhkan dalam program makan siang gratis mencapai Rp450 triliun per tahun.

“Saya bisa katakan bahwa dana untuk ini, program ini akan memakan dana 450 triliun rupiah setiap tahun,” kata Hashim saat memberikan sambutan pada acara Konsolidasi Nasional Relawan Prabowo-Gibran Digital Team di Jakarta, Rabu (20/12).

D​​​​​ia menjelaskan bahwa Prabowo-Gibran menargetkan akan memberikan makan siang gratis kepada 82,9 juta jiwa masyarakat Indonesia.

“Tiap hari nih kami akan berikan makanan gratis untuk 82,9 juta jiwa minimal … (itu) minimal,” kata Hashim. (*)