Baca Juga

Oleh : Hamdi Aksan

Sebuah untaian kata yang begitu menggelitik penuh makna tepat dimasanya yang menceritakan guliran tahapan penyebaran Virus Corona menghantam saentero negeri yang memasuki fase atau tahan baru, istilah ‘new normal’ kemudian melekat sebagai pertanda babak baru penanganan CoronaVirusDesease (Covid-19).

Seorang akademisi dan penggiat sastra juga dikenal sebagai budayawan di Sumatera Selatan (Indralaya) Hamdi Akhsan menulis syair berikut, sangat intuitif.

Narasi syair terkadang menggelitik terkesan ada helaan nafas yang berubah menjelma menjadi kata-kata.

Bukan pesimistis namun lebih menyadarkan pembaca dan penikmat syair sekalian akan kebesaran ilahi Rabbi.

Berikut alunan yang diberi judul “Syair New Normal”

Syair New Normal

I
Inilah syair yang tidak indah,
karena dunia kini berubah,
Kita semua kena musibah,
Virus corona telah mewabah.

Semua orang haruslah sadar,
Corona sudah kadung menyebar,
cepatnya sungguh diluar nalar,
Berjuta orang kini terpapar.

Marilah semua belajar taat,
Protokol corona jadikan amanat,
Jangan jadikan urusan berat,
Agar semua kita selamat.

II
Pertama rajin mencuci tangan,
ketika pergi ataupun datang,
jangan memakai air sembarang,
karena ada penyakit diundang.

Janganlah biasa memegang muka,
apalah lagi bekasnya luka,
pencet jerawat bikin celaka,
mengusap bibir jangan suka-suka.

Oo, tak perlu lagi kita salaman,
cukup bertemu beri senyuman,
Mungkin diawal kita tak nyaman,
tapi yang penting semua aman.

III
Cipika cipiki ayo hindari,
budaya luar datangnya dari,
bertegur sapa mulai diri,
agar corona segera lari.

Duduk berdembet jangan biasakan,
berilah jarak yang cukup aman,
bisa mengobrol secara lisan,
dibumbu pula dengan senyuman.

memakai masker bikin biasa,
karena ludah sangat berbisa,
jangan membuat orang binasa,
Selamatkan hidup selagi bisa.

IV
Setelah pulang masker bersihkan,
Dengan disabun virus matikan,
Janganlah sampai berbau ikan,
karena tak cuci berbulan-bulan.

Biasakan juga mengingat diri,
pabila demam karantina mandiri,
batuk dan pilek diwaspadai,
kurunglah badan di kamar sendiri.

Makanlah vitamin dan juga buah,
berjemur pagi begitu mudah,
makan dijaga kolesterol rendah,
gulanya juga lebih janganlah.

V
Makanan bersih diutamakan,
dimasak matang jangan lupakan,
hewan yang haram ayo jauhkan,
yang halal saja jadi makanan.

Mental optimis terus tumbuhkan,
Dengan ibadah yang dirutinkan,
rajin berdoa kita galakkan,
kepada Tuhan kita pasrahkan.

teman gembira mari akrabkan,
bersenda gurau dibiasakan,
sikap positif ditradisikan,
membuat diri bertambah kekebalan.

VI
Jauhkan sifat mudah pesimis,
sedih sedikit sudah menangis,
kalau meminta kayak pengemis,
sampai airmata jatuh ke kumis.

Apatah lagi suka mencaci,
seolah dirinya saja yang suci,
orang berbuat selalu dibenci,
mulutnya nyinyir seperti banci.

Sikap negatif tak banyak guna,
membuat hati mudah merana,
jadi tagihan di alam sana,
terjauh kita dari nirwana.

VII
Usah keluar bila tak penting,
sekedar membuat rambut keriting,
tinggal dirumah buatlah sering,
apalah lagi badannya gering.

Bila terpaksa harus keluar,
pakailah masker yang masih anyar,
agar tak kena virus menyebar,
membuat semuanya bisa ambyar.

Setelah pulang cucilah tangan,
mandilah segera ditunda jangan,
ganti pakaian yang disetrikakan,
semua keluarga dibiasakan.

VIII
Banyak yang bisa kita kerjakan,
bisnis online ayo cobakan,
Fikiran yang baik mari tuangkan,
menjadi tulisan yang diterbitkan.

Hidup berkebun sangatlah sehat,
Tanah yang sempit bikin siasat,
hidroponik pun bisa dibuat,
Asalkan niat pastilah sempat.

Tak perlu takut dikit rezeki,
Asal mengais tangan dan kaki,
Saling membantu istri dan laki,
Menuju keluarga yang dirahmati.

IX
Itulah panduan normal yang baru,
Sepintas dilihat seolah seru,
tetapi tetap harus ditiru,
Agar tak banyak virus memburu.

Mari bersatu seluruh lapisan,
Hentikan sudah cakar-cakaran,
Bergandeng tangan tuk perjuangkan,
Makmur dan bahagia yang ditujukan.

Moga musibah segera berakhir,
Hidup yang sehat jadi terlahir,
Hidup yang normal akan mengalir,
menjadi lapang kita berfikir.

X
Usia beranjak kian menua,
Semakin matang hendaknya jiwa,
Maknai dalam segala peristiwa,
Yang tersimpul dalam tangis dan tawa.

Syairku berakhir sampai disini,
Untuk nasehat pengingat diri,
Juga saudara atau saudari,
moga manfaat kan Tuhan beri.

Kepada Ilahi kumohon ampun,
Semoga jiwa selalu dituntun,
Diujung malam nasehat mengalun,
Menjadi pahala saat dihimpun.

Indralaya, 28 Mei 2020
Al Faqiir