“Menyambut Pemimpin Baru Cilegon, Dengan Memfungsikan Pemimpin Lama Sebagai Oposisi”
Insan Pers menggelar Refleksi Akhir Tahun 2020 dalam Prespektif Pers dan Industri yang bertempat di Journalis Boarding School (JBS) Link. Krotek, Kecamatan Cibeber, Kota Cilegon, Rabu (16/12/2020) malam.
Hadir sebagai narasumber dari kalangan pers dan industri, Ketua Umum Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) Firdaus, Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Provinsi Banten Rian Nopandra. Dari kalangan industri masyarakat hadir Ketua PHRI Provinsi Banten GS Ashok Kumar, Rofie Khalatif dari FIKS Asahimas Chemical (ASC) dan Ketua PA 212 MH Jhoni.
Diawal paparanya, Firdaus mengatakan kita tidak dapat berharap banyak ada perubahan yang signifikan dengan pemimpin baru Cilegon, apabila sistem pola rekruitmen pemimpin tidak berpihak kepada masyarakat.
“Untuk optimalisasi, maka harus ada kontrol yang kuat dari masyarakat, Pers dan dari para calon walikota yang kalah. Kita berharap, para calon yang kalah dalam kontestasi dapat jadi oposisi yang obyektif. Khususnya calon oposisi dari calon patahana yang kalah, karena mereka tahu setiap permasalahan.” Ujar Firdaus
Firdaus juga mengatakan, “dengan keterlibatan Rezim lama sebagai oposisi, dapat menjadi dorongan kepada pemimpin baru tetap di jalur perubahan. Artinya rezim lama, dapat diharapkan untuk menjaga iklim konsistensi perubahan. Dengan catatan, seluruh lapisan masyarakat harus memberi kesempatan terhadap Heldy “beri tuturnya (*)
Sementara dari kalangan industri Rofie mengharapkan pembangunan infrastruktur yang bisa dirasakan dan menunjang keberadaan industri.
“Siapapun yang memimpin, industri terganggu karena banjir, macet. Dan pemimpin yang baru ini bisa dibenahi. Mayoritas industri hulu baja dan kimia, turunan dua industri besar harus ada di Cilegon,” ujarnya.
Ketua PA 212 HM Jhoni menyampaikan gagasannya terkait persoalan yang ada di Kota Cilegon, dan ke depan menginginkan adanya keterbukaan dan partisipasi pembangunan dari masyarakat. Pihaknya juga menyoroti terkait persoalan di wilayah perbatasan Cilegon- Serang tepatnya di JLS.
“Siapapun walikotanya semua stakeholder harus bisa ikut berperan, harus jadi kontrol sosial. kita daerah perbatasan, jelas sangat bermanfaat, kontrol moral, siapapun masyarakat harus ikut berkontribusi,” katanya.
Kemudian Ashok Qumar menegaskan bahwa tahun ini ada 2 investor di masa pandemi, yakni Swisbel Hotel dan Aston. Hal ini selain adanya perubahan Cilegon juga dunia pariwisata juga harus lebih lebih maju dengan perkembangan tersebut.
“Siapapun hasil dari KPU, siapapun akademisi dan businesnya, Kota Cilegon Dinas Pariwisata jangan di mix, ada ASDP ada hotel 100 kamar. Ini menjadi berbeda sebagai daerah transit pertama, harus ada terobosan yang berani. Silver Man, gelandangan, pengemis di Cilegon harus dihilangkan, agar pariwisata bisa maju,” tegasnya.
Sementara itu, dari kalangan insan pers, Rian Nopranda menjelaskan peran media yang sudah makin berkembang untuk bisa mendorong pembangunan Kota Cilegon, khususnya kembali tumbuhnya ekonomi di masa dan seusai pandemi nanti.
“Perizinan sudah satu pintu tapi belum efisien. Media fungsi kontrol, iklim berubah di Kota Cilegon, pemerintah ke depan harus bisa open ke media. Walaupun industri pers terpuruk karena Covid-19, tapi perlu diketahui SMSI lahir dari Cilegon, media siber jadi alternatif mendobrak perubahan tersebut,” jelasnya.
Hal senada juga ditegaskan oleh Ketua SMSI Provinsi Banten, Lesman Bangun yang mensupport adanya perubahan kepimimpinan di kota industri tersebut hasil dari Pilkada Cilegon.
“Apresiasi untuk KPU Cilegon, siapapun yang terpilih, itu pemimpin yang terbaik. Kontrol masyarakat pers, semua masyarakat yang ikut mengontrol pemimpin baru. Kita tunggu siapa yang ditetapkan KPU, itu yang kita dukung,” tegasnya.
Seminar terus mengalir dengan hangat, interaksi tanya jawab dari para peserta yang didominasi wartawan mewarnai membahas berbagai persoalan di Kota Cilegon selama tahun 2020 dan bagaimana ke depan mengisi dan mewarnai pembangunan.
Di akhir dialog, Firdaus menutup acara sekaligus menyampaikan pesan dan bercerita perjalanan dirinya saat menjadi wartawan, merintis media hingga kini menjadi tokoh media nasional agar para wartawan dan pengusaha pemilik media siber bisa mengambil hikmah dari pengalamannya di Cilegon.
“Jangan terlalu over terhadap Helldy, harus proporsional, menepatkan masalah publik di atas pribadi, distribusikan kebijakan untuk kesejahteraan masyarakat. Dulu bagaimana Majalah Teras pertama di Cilegon, harus bisa menempatkan diri,” tutupnya.***