Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid mengungkapkan bahwa Pancasila adalah pondasi kuat warisan para Bapak Bangsa, sebagai penjaga eksistensi negara Indonesia sejak awal merdeka hingga kini.
Pondasi yang ditanamkan tersebut tidak main-main. Karena, telah melalui pemikiran, diskusi dan perdebatan yang dalam sehingga, walaupun para Bapak Bangsa seperti Bung Karno, Bung Hatta, Moh. Yamin, Moh. Natsir dan lainnya telah wafat seluruhnya, tapi Indonesia tidak ikut wafat. Sebab, pondasi tersebut telah begitu mengakar menghujam sanubari rakyat dan bertahan sampai sekarang.
“Menurut saya, itu adalah anugerah Allah SWT yang harus kita syukuri bersama dan harus dijaga terus terutama oleh generasi saat ini,” katanya, saat hadir secara virtual pada acara Sosialisasi Empat Pilar MPR kerjasama MPR dengan Yayasan Senyum Bersama Indonesia, kota Semarang, Jawa Tengah, Minggu (8/3/2021).
Hadir dalam acara tersebut antara lain, Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Semarang H. Muhdi, Ketua Kelompok Kerja Penyuluh Agama Syarief, Ketua Yayasan Senyum Bersama Indonesia Agus Purwanto, serta perwakilan beberapa Majelis Taklim dan masyarakat sekitar sebagai peserta.
Dari catatan sejarah, lanjut Hidayat, ada contoh nyata negara Yugoslavia yang juga memiliki Bapak Bangsa pendiri negara sekaligus tokoh fenomenal saat itu yakni Josip Broz Tito, malah hancur menjadi negara-negara kecil begitu Bapak Bangsanya tiada.
Padahal, Yugoslavia hanya negara daratan yang tidak teralu besar dengan tiga atau empat etnis serta tiga agama yang berbeda yakni Islam, Kristen Katolik dan Kristen Ortodoks tapi, persatuan mereka sangat ringkih sehingga mudah pecah.
Sedangkan Indonesia, sebuah negara kepulauan yang luas terdiri dari 17 ribu pulau lebih menyebar dari Sabang sampau Merauke, didiami 200 juta lebih manusia terbagi atas 1.340 suku bangsa menurut sensus BPS tahun 2010 dengan beragam bahasa, warna kulit, agama, kepercayaan, serta budaya, namun landasan berdirinya negara sangat kuat tidak mudah tercerai berai.
“Mengapa hal itu bisa terjadi, karena pendiri bangsa Yugoslavia dalam mendirikan negara, tidak menghadirkan satu ideologi yang mampu mempersatukan semua perbedaan yang ada. Sehingga begitu pendiri bangsanya wafat, pondasi negara tidak kuat menahan berbagai keberagaman, lalu pecah. Indonesia memiiki Pancasila sehingga hal tersebut tidak terjadi,” terang politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang akrab disapa HNW ini.
Di sesi akhir, HNW mengajak peserta dan seluruh rakyat untuk menghormati Bapak Bangsa Indonesia yang telah susah payah menggali serta menyusun Pancasila yang luarbiasa tersebut dengan cara memahami dan mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari. (*/cr7)
Sumber: mpr.go.id