Kamis, 12 Oktober, 2023, tiga hari setelah deklarasi, rPerisai Prabowo berkunjung ke Rumah Besar Relawan 08 di Jalan S. Parman, Slipi Jakarta. Dipimpin langsung oleh Ketua Umum Ahmad Kailani, kunjungan tersebut adalah untuk mendaftarkan Relawan Perisai Prabowo sebagai relawan resmi kemenangan Prabowo.
Dalam kunjungan tersebut hadir jajaran pengurus DPP Perisai Prabowo lainnya seperti ; Kamir Abdullah, Surachman, Sunano, Rudi Hartono, Abdul Hamid dana Korwil Kalimantan Barat, Boy. Tim DPP Perisai Prabowo diterima oleh Haris Rusly Moty dan Rikki Tamba, selaku koordinator Rumah Besar Relawan 08.
Dalam pertemuan tersebut, Ahmad Kailani melaporkan acara deklarasi Perisai Prabowo yang berlangsung Senin, 9 Oktober 2023 lalu di Gedung Joeang 45, Jakarta. Menurut Ahmad Kailani, Deklarasi RELAWAN PERISAI PRABOWO dihadiri oleh sekitar 700 dari berbagai daerah seperti dari Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Yogyakarta, Kalimantan Barat, Sulawesi Selatan, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan dan Papua, serta JABODETABEK.
Dalam deklarasi tersebut hadir sejumlah tokoh antara lain; Ahmad Muzani, Wakil Ketua MPR RI., A. Riza Patria (Mantan Wagub DKI Jakarta), DR. Fuad Bawazir, Ketua Dewan Pembina Perisai Prabowo, Anggota Dewan Himmatul Aliyah, mereka antusias memberikan dukungan atas berdirinya PERISAI PRABOWO.
Menurutnya, Ahmad Kailani, berdirinya Perisai Prabowo didasarkan pada karena sistem politik yang demokratis memberi ruang bagi masyarakat untuk berpartisipasi secara politik. Partisipasi tersebuyt tidak hanya melalui partai politik tetapi juga melalui organisasi seperti Komunitas Relawan. Melalui “Komunitas Relawan” masyarakat bisa mengekspresikan siapa sosok Calon Presiden yang tepat untuk didukung dan dipilih.
Ia mengakui, berdirinya Perisai Prabowo diinisiasi mayoritas oleh eks aktivis PII. Namun, setelah bergerak, banyak organ dan eks aktivis dari ormas lain ikut bergabung. “Pada awalnya kami mendirikan “Perisai Nusantara”, di mana salah satu agendanya adalah ikut aktif mensosialisasikan pokok-pokok pikiran Calon Presiden, yang sesuai dengan semangat “PERISAI NUSANTARA”.
“Namun setelah melalui kajian dan diskusi yang cukup intens, kami memiliki kesimpulan bahwa BACAPRES Prabowo Subianto kami nilai paling tepat untuk duduk sebagai Presiden kelak”, paparnya. “Maka kami pun membentuk relawan dengan nama “PERISAI PRABOWO”, tegasnya.
Mengapa Prabowo? Menurut Kailani, yang kami cermati adalah apa ancaman bangsa ke depan. Dari jenis ancaman tersebut kita kaji. Lalu, masalah ini kita cari siapa Capres yang tepat menyelesaikan masalah ini. Lalu apa ancamannya? “perubahan geopolitik global”, tegasnya. Perubahan geopolitik ini terjadi, mengutip Daniel Yergin, akibat benturan kepentingan antar negara, perebutan akses sumber daya alam dan energi.
Tentu, situasi ini akan menarik Indonesia ke dalam situasi yang mengkhawatirkan. Wajar jika Pak Jokowi tak pernah lelah mengingatkan ancaman krisis di masa depan. Karena itu, lanjut Kailani, “kita membutuhkan sosok dan tokoh yang menjadi pelindung dan perisai bagi bangsa ini, baik akibat ancaman dari dalam maupun luar negeri.
Karena itu kita memerlukan sosok Presiden yang mampu bertindak tegas berbagai bentuk ancaman luar, namun mampu menyatukan berbagai kelompok dan kekuatan di dalam negeri, “ Strongly outside, Softly inside”. Dan Kemampuan itu, menurut Ahmad Kailani, ada di dalam jiwa Prabowo Subianto.
Kemampuan Prabowo dalam merangkul berbagai elemen bangsa, juga bersifat lintas generasi. Sulit dihindari kalau Prabowo akrab dan nyaris tanpa koflik dengan tokoh seangkatannnya. Tetapi Prabowo juga punya kemampuan berkomunikasi dan akrab dengan tokoh-tokoh muda. “Jika kita cermati dalam rentang 15 tahun terakhir, langkah Prabowo merangkul anak-anak muda terbilang sukses”, jelas Kailani.
Sukses story tokoh-tokoh muda seperti Presiden Jokowi, Anies Baswedan, Sandiaga Uno dan Ahok, sedikit banyak pernah “dimentor” oleh Prabowo. Prabowo juga tidak sungkan diajak bergabung dalam Kabinet, meski pilihannya tersebut tidak populer bagi sebagian pendukung yang fanatis.
“Bagi Prabowo yang dikejar bukanlah kekuasaan melainkan pengabdian pada nusa dan bangsa”, jelas Kailani mengakhiri.