Sejumlah warga mengikuti senam bersama di Lapangan Gelora, Sukabumi. Senam dan asupan nutrisi meningkatkan kesehatan tulang. (Istimewa)
JAKARTA – Apa bedanya mesin dan tubuh manusia? Kalau mesin sering dipakai akan cepat aus, kalau tubuh manusia sering dipakai justru sebaliknya, bisa tumbuh dan kuat.
Karenanya kepada orang disarankan untuk selalu bergerak demi menurunkan risiko penyakit tulang. Aktif senam yang disertai menjaga asupan nutrisi akan meningkatkan kesehatan tulang.
Ketua Umum Perkumpulan Warga Tulang Sehat Indonesia (Perwatusi) Anita A Hutagalung mengatakan terdapat banyak cara untuk meningkatkan kesadaran akan kesehatan tulang; mulai dari edukasi asupan nutrisi hingga senam.
“Kami ingin meningkatkan kesadaran masyarakat akan osteoporosis, mengingat tulang adalah penyangga tubuh kita. Beberapa yang kami lakukan antara lain edukasi mulai dari anak-anak sampai lansia melalui penyuluhan dan seminar tentang kesehatan tulang,” kata Anita, dikutip Rabu.
“Kami ingin memasyarakatkan upaya (pencegahan osteoporosis) sejak dini. Selain edukasi, ada program-program dan kegiatan pendukung seperti senam, agar masyarakat bisa terhindar dari patah tulang yang diakibatkan osteoporosis,” ujarnya menambahkan.
Lebih lanjut, Anita mengatakan, pandemi tidak menjadi halangan pihaknya untuk melakukan upaya-upaya tersebut. Senam, yang biasanya dilakukan bersama dan langsung (luring), kini juga hadir dalam format virtual.
“Perwatusi sebagai sebuah lembaga yang fokus kepada penanganan osteoporosis di Indonesia selalu melakukan inovasi di tengah pandemi, untuk terus bersama masyarakat melalui senam virtual secara teratur tiap tiga kali dalam seminggu, sehingga masyarakat tetap bergerak dalam rangkaian senam yang dirancang untuk menguatkan dan memadatkan tulang,” jelas Anita.
Ia melanjutkan, hal ini juga dilakukan untuk kaum muda sebagai tindakan pencegahan.
“Keseimbangan antara gerakan senam yang baik dan benar, terukur dan teratur, serta tak lupa juga tambahan asupan nutrisi akan mampu membantu kepadatan tulang bagi penderita maupun pencegahan terhadap penyakit osteoporosis,” kata Anita.
Adapun Anita membagikan sejumlah “prinsip” gerakan senam osteoporosis. Salah satunya adalah dilakukan dengan duduk, agar gerakan-gerakan yang dilakukan tidak terlalu membebani tubuh, terutama mereka yang sudah terjangkit penyakit tulang tersebut, maupun yang memiliki berat badan berlebih.
“Senamnya dengan duduk agar tidak membebani lututnya, terutama untuk mereka yang badannya besar, mungkin lututnya lebih terbebani dengan beratnya. Duduk membuat mereka agar tetap nyaman dan teratur (pergerakannya),” kata Anita.
“Senam ini, walaupun dilakukan dengan duduk, juga sama capainya seperti berdiri, hanya saja tidak terlalu membebani,” ujarnya menambahkan.
Di Hari Osteoporosis Nasional dan Sedunia yang jatuh pada hari ini (20/10), Anita mengajak masyarakat untuk aktif bergerak demi menurunkan risiko penyakit tulang itu.
“Kami mengajak masyarakat untuk bergerak, jangan mager (malas gerak), dan terus semangat untuk berolahraga secara teratur demi memperkuat tulang kita,” kata Anita. (*)