Launching Buku Rector Message Mindset Baru untuk Transformasi secara online akan dilaksanakan hari ini, Jumat, 17 September 2021 tepat pukul 19.30 – 21.00 WIB melalui kanal Youtube IPB TV https://youtu.be/5eagS5txCZw.
Peluncuran secara daring ini acara akan dipandu oleh Shahnaz Haque dan menghadirkan beberapa penanggap diantaranya, Prof. Tridoyo Kusumastanto, Ph.D (Ketua MWA IPB), Prof. Dr Dodi Nandika (Ketua SA IPB), Prof. Dr. Evy Damayanthi (Ketua DGB IPB), Prof. Dr. Herry Suhardiyanto (Rektor IPB 2008-2017), dan Prof. Dr. M. Aman Wirakartakusumah (Rektor IPB 1998-2002).
Sinopsis Buku Rector
Dalam buku karyanya ini, Arif Satria mengatakan bahwa, hari ini kita mengalami tiga disrupsi dalam waktu bersamaan, yaitu perubahan iklim, revolusi industri 4.0, dan pandemi covid-19. Disrupsi ini telah membuat kegamangan global. Ini adalah hal yang sama sekali baru dan belum pernah terjadi sebelumnya. Tidak ada pengalaman untuk menghadapi ketiga disrupsi ini. Tidak hanya Indonesia, bahkan di banyak negara, termasuk negara maju sekalipun, merasakan kesulitan yang sama.
Karena itu tidak berlebihan bila dikatakan bahwa ketiga disrupsi ini membuat kita berada dalam satu garis start bersama semua negara. Karena berada dalam satu garis start, maka siapa yang cepat berlari akan memenangkan pertarungan.
Persoalannya apakah kita bisa cepat berlari mengalahkan kecepatan negara lain yang juga pasti akan berlari? Apakah kondisi fisik kita seprima fisik negara-negara maju? Apakah pengalaman masa lalu akan menentukan kecepatan kita berlari hari ini dan masa depan?
Charles Darwin pernah mengatakan bahwa yang bisa bertahan bukan semata yang terkuat dan terpintar, namun yang responsif terhadap perubahan. Kini kita hidup di alam perubahan yang begitu cepat, diiringi dengan ketidakpastian dan kompleksitas yang amat tinggi. Disrupsi ini mengajarkan kita bahwa yang menentukan adalah kecepatan belajar (learning agility) dan bertindak dalam merespon perubahan.
Kecepatan belajar ini adalah soal mindset. Mindset baru merupakan modal utama kekuatan transformatif. Orang yang memiliki kecepatan belajar umumnya optimis, kreatif, dan penuh imajinasi. Karena itu, kecepatan belajar ini merupakan modal penting bagi lahirnya inovasi yang merupakan ciri dari kemajuan sebuah bangsa.
Pada umumnya setiap krisis menghasilkan lompatan-lompatan inovasi baru. Ada sejumlah syarat lompatan-lompatan inovasi itu berhasil dilakukan. Pertama, lompatan inovasi mensyaratkan kekuatan “future practice” atau “next practice”. Kedua, “future practice” hanya hadir di kalangan orang-orang yang memiliki “growth mindset”, dan bukan “fixed mindset”. Ketiga, “growth mindset” umumnya dimiliki oleh orang yang tergolong “agile learner”, pembelajar yang lincah, cepat, dan tangkas. Keempat, tiga kata kunci di atas (future practice, growth mindset, agile learner) dapat dikembangkan melalui peran perguruan tinggi (PT). PT yang berorientasi pada lompatan inovasi harus terlebih dahulu diperkuat para mahasiswa dan dosennya yang bercirikan tiga kata kunci tersebut.
Oleh karena itu, untuk menuju titik itu, tidak ada cara lain bagi PT selain melakukan perombakan kurikulum dan menciptakan ekosistem baru yang kondusif bagi tumbuhnya tiga kunci di atas.
Fakta membuktikan bahwa bangsa hebat ditentukan oleh lompatan inovasi yang hebat. Dan inovasi hebat akan ditentukan PT yang hebat. Karena itu, untuk menjadi bangsa hebat maka pembenahan dan penguatan Perguruan Tinggi adalah mutlak.(*)