PUSARAN.CO – Event London Book Fair (LBK 2019) sebagai ajang untuk mempromosikan wisata Indonesia. Kemenpar didukung Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) bersama Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) kompak mempromosikan pariwisata dengan mengangkat tema 17.000 Islands of Imagination.
“Inilah yang sering kita sebut dengan Indonesia Incorporated, bersatu, bersama untuk tujuan yang sama,” ujar Menpar Arief Yahya di London.
Sebelum ke London, Arief sibuk mempromosikan wisata Indonesia di berbagai negara. Di antaranya dia ke Berlin-Jerman, lalu ke Paris-Francis bertemu UNESCO untuk membahas soal usulan Danau Toba sebagai UNESCO Global Geopark.
“Di Paris juga sekaligus ke beberapa restoran Diaspora Indonesia yang sudah menjadi partner co branding Wonderful Indonesia. Progresnya lumayan bagus, mereka adalah diplomat rasa dengan kuliner mereka mempromosikan Wonderful Indonesia,” jelas Arief Yahya.
Indonesia memang masih belum bisa mengejar Thailand dan Vietnam soal diplomasi rasa itu. Kedua Negara ASEAN itu sudah lebih dulu take off dengan masakan dan restorannya yang sudah mendunia. “Kuliner itu karya budaya, dan dalam portofolio bisnis di pariwisata itu, budaya 60%. Dari 60% itu, 45% nya adalah kuliner. Maka seluruh restoran Co Branding Wonderful Indonesia itu harus memiliki lima ikon makanan Indonesia,” jelas Mantan Dirut PT Telkom ini.
Kelimanya adalah soto, sate, gado-gado, rendang, dan nasi goreng. Menpar yang asli Banyuwangi ini sudah mencicipi rasanya, dan hampir semuanya enak di mana menggambarkan rasa yang sama jika ketemu kuliner serupa di Tanah Air.
Lebih lanjut dalam even London Book Fair 2019, Kemenpar menggelar pertemuan dan penandatanganan kerjasama dengan Thomas Cook, salah satu travel agent legendaris di Eropa. “Kami senang LBF 2019 merupakan kesempatan bagus untuk Wonderful Indonesia berpromosi sekaligus mendukung stand delegasi Indonesia di ajang tersebut. Apalagi ini merupakan perhelatan internasional yang juga melibatkan banyak negara Eropa,” katanya .
Promosi kali ini betul-betul sinergi lintas sektoral, kata Arief, spirit besarnya adalah Indonesia Incorporated.
Tidak hanya dalam ruang acara, promosi Indonesia di London Book Fait 2019 juga digelar dengan memasang logo Wonderful Indonesia di bus-bus London. Bus-bus Wonderful Indonesia itu diselingi dengan pesan promosi untuk destinasi wisata seperti Raja Ampat dan Banyuwangi.
Open great bus itu berpromosi melawati beberapa lokasi populer di Inggris. Seperti Terminal London Eye, Westminster Bridge, Westminster Abbey, Buckingham Palace, Marble Arch, Paddington station, Madame Tussauds, Oxford Circus, Piccadilly Circus, St. Paul’s Cathedral, hingga Tower Bridge.
“Karena Indonesia menjadi Country Partner di ajang tersebut, sudah selayaknya kita tampil maksimal. Bukan saja di dalam perhelatan LBF 2019, tetapi juga di luar perhelatan. Apalagi delegasi Indonesia tampil all out di bawah Bekraf,” terang Menpar Arief.
Total, sekitar 100 delegasi dari Indonesia diboyong Bekraf ke acara LBF 2019. Delegasi Indonesia menampilkan 450 judul buku yang mengisi gerai Indonesia.
Tampil di dua stand, kontingen Indonesia sangat memukau. Di stand utama yang terletak di Ground Floor ditampilkan 22 co-exhibitor dari para penerbit Indonesia. Sementara di First Floor, ditampilkan 13 co-exhibitor dari ranah non-buku seperti dari games, film, hingga software.
Di ajang tersebut, Bekraf tak hanya menampilkan subsektor penerbitan, namun juga subsektor lainnya. Seperti kuliner, fashion, film, seni pertunjukan, komik, eksibisi arsitektur dan desain grafis, ilustrasi, boardgames, serta digital animasi. Bahkan Bekraf juga membawa 12 penulis Indonesia untuk tampil di sejumlah acara di London.
Delegasi Indonesia bahkan telah merancang total 120 acara yang berlangsung tidak hanya di Olympia, namun juga di seluruh Kota London. Tentunya ini semakin mengangkat pamor Indonesia. “Delegasi di LBF ini untuk market focus tidak terkait pada sektor literatur saja tetapi banyak program lain ada dari kuliner, game, film, termasuk juga pariwisata. Kami mengajak semua orang untuk menemukan 17.000 Pulau Imajinasi di Indonesia,” kata Ketua Harian Panitia Pelaksana Kegiatan Indonesia Market Focus untuk LBF 2019 Laura Bangun Prinsloo.
Bagi Kepala Badan Ekonomi Kreatif Triawan Munaf, usaha penerbitan patut didukung. Apalagi usaha penerbitan menempati urutan kelima dalam kontribusi untuk GDP, dengan torehan 6,29 persen. Posisinya berada setelah kuliner (41,69%), fashion (18,15%), craft/kerajinan tangan (15,70%), dan televisi & radio broadcasting (778%).
“Sebagai salah satu subsektor industri kreatif yang masuk dalam pendukungan Bekraf, support pada industri penerbitan diwujudkan melalui fasilitasi keikutsertaan Indonesia di ajang pameran buku tingkat internasional. Dengan memimpin acara Indonesia Market Focus Country di London Book Fair 2019 ini, Bekraf memperkenalkan tidak hanya kekayaan konten yang ditampilkan buku-buku Indonesia namun juga subsektor terkait lainnya seperti halnya kuliner, fashion, film, seni pertunjukan, serta pariwisata,” pungkas Triawan Munaf. (sumber: dispar.bantenprov.go.id)