JAKARTA – Irjen Pol (Purn) DR Benny Josua Mamoto, seorang tokoh yang telah lama berkecimpung di dunia kepolisian dan reserse, dikenal karena integritas, kecerdasan, dan keberanian dalam menangani kasus-kasus besar, baik di dalam maupun luar negeri.

Sebagai mantan Deputi Bidang Pemberantasan Badan Narkotika Nasional dan kini Ketua Harian Kompolnas, Benny Mamoto menunjukkan dedikasi luar biasa dalam memperjuangkan transparansi dan profesionalisme kepolisian.

Kisah hidupnya yang penuh prestasi, mulai dari memimpin operasi pembebasan sandera hingga mengawal kasus-kasus mangkrak, menginspirasi banyak orang untuk menjaga nilai-nilai keadilan dan kejujuran dalam penegakan hukum.

Baca Juga

Atas dasar itu Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) memberikan Anugerah Inspirasi Pers kepadanya. Anugerah diserahkan pada Rakernas SMSI 2024 di Hotel The Jayakarta, Jl Gajah Mada, Jakarta Pusat, Selasa (30/7/2024).

Nama Benny Josua Mamoto alias Benny Mamoto telah lama dikenal dalam dunia kepolisian dan reserse. Pria kelahiran Ngadirejo, Temanggung, Jawa Tengah, pada 7 Juni 1955 ini, pernah menjabat sebagai Deputi Bidang Pemberantasan Badan Narkotika Nasional.
Selepas pensiun, Benny Mamoto bergabung dengan Kompolnas dan kini menjabat sebagai Ketua Harian Kompolnas. Karirnya cemerlang, terutama di bidang antiteror Densus 88 serta reserse lainnya.

Ia pernah menduduki sejumlah jabatan penting, seperti Kepala Unit I/Keamanan Negara-Separatis, Dit I Bareskrim Polri (2001), Wakil Direktur II/Ekonomi & Khusus Bareskrim Polri (2006), Wakil Sekretaris NCB-Interpol Indonesia (2007-2009), Direktur Badan Narkotika Nasional (2009-2012), hingga Deputi Pemberantasan Narkotika BNN (2012-2013).

Benny Mamoto juga terlibat dalam berbagai penyelidikan kasus besar, termasuk pembunuhan Beng Seng di Hongkong dan Shenzhen, kasus perbankan di Hongkong, kasus BLBI di Los Angeles, serta penyelidikan kasus teror di berbagai negara seperti Prancis, Singapura, Malaysia, Filipina, Australia, Afghanistan, dan Pakistan. Ia juga memimpin operasi pembebasan sandera di Filipina dan menjadi anggota Tim Pemburu Koruptor serta Tim Pembebasan Sandera Departemen Luar Negeri.

Dikenal sebagai figur yang bersih, santun, cerdas, dan bersahaja, Benny Mamoto memiliki segudang prestasi di kepolisian. Di tangannya, Kompolnas berupaya memperkuat citra dan kinerja Kepolisian Indonesia agar lebih profesional dan dicintai rakyat.
Sebagai Ketua Harian Kompolnas, Benny Mamoto belakangan mengawal kasus Vina Cirebon.

Kasus kematian Vina dan Eky yang telah mangkrak selama delapan tahun, mendapat perhatian serius dari Benny Mamoto. Ia menyoroti tindakan penyidik Polda Jabar yang meminta sidik jari Pegi Setiawan di kertas kosong, yang dianggapnya tidak transparan.

“Transparansi itu sangat penting. Seperti pengambilan sidik jari di kertas, saya sebagai mantan penyidik bingung, kok di kertas? Biasanya, sidik jari diambil oleh Inafis yang secara teknis tahu tujuannya dan perlu dijelaskan,” ungkapnya.

Benny Mamoto juga meminta masyarakat untuk bersabar menunggu proses penanganan kasus Vina sampai di persidangan. “Kami melakukan supervisi penanganan perkara sesuai tugas kami. Kami sudah mendengar penjelasan dari penyidik, dan marilah kita tunggu hasilnya di sidang pengadilan,” ujarnya.