“Pada satu sisi kita harus bangga bahwa mayoritas guru di Prov. Nusa Tenggara Timur adalah kaum perempuan. Tetapi fakta lain menunjukkan bahwa jabatan kepala sekolah di sekolah negeri mayoritas masih di pegang oleh guru laki-laki”

Ungkapan di atas disampaikan oleh Maria Yuniarti Sanis Kiak, S.Kom., M.IT, Kabid GTK Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Nusa Tenggara Timur dalam pembukaan Pelatihan Kepemimpinan untuk Guru Perempuan. Mewakili Kepala Dinas yang berhalangan hadir dalam acara tersebut.

Lebih lanjut beliau menyatakan sangat antusias saat Paramadina Institute for Education Reform (PIER) menawarkan kerjasama dalam penyelenggaraan Pelatihan Kepemimpinan untuk Guru perempuan. “Selain karena fakta masih sedikitnya pimpinan sekolah dari kalangan guru perempuan, isu keterwakilan kaum perempuan juga sedang seksi dalam beberapa tahun terakhir ini. Pelatihan ini sungguh amat tepat.” Demikian imbuhnya.

Baca Juga

Pelatihan Kepemimpinan untuk Guru Perempuan di NTT diselenggarakan oleh PIER Universitas Paramadina, Jakarta bermitra dengan Konrad Adenauer Stiftung (KAS) Jerman. Adapun Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTT menjadi mitra lokal yang bertanggungjawab dalam mengirimkan peserta. Program ini berada dalam naungan BPSDM Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia.

Pelatihan ini akan berlangsung selama 3 hari. Diikuti oleh 30 orang guru perempuan yang berasal dari Kabupaten dan Kota Kupang. Bertempat di Hotel Harper Kupang.

Selain dari pihak Dinas Pendidikan, acara pembukaan ini juga dihadiri oleh Dekan Fakultas Falsafah dan Peradaban, Dr. Tatok Djoko Sudiarto, Direktur Eksekutif PIER Universitas Paramadina, Djayadi Hanan, PhD dan Cyntia Tri Putri yang mewakili Konrad Adenauer Stiftung (KAS).

Dalam sambutannya Cyntia menjelaskan kepada peserta tentang Konrad Adenauer Stiftung. Sebuah Yayasan berasal dari Jerman yang memiliki perhatian utama pada isu demokrasi dan HAM.

“KAS memiliki kegiatan di 120 negara, serta memiliki kantor perwakilan di 70 negara, di Indonesia sendiri KAS telah hadir semenjak tahun 1968” demikian antara lain paparan Cyntia.

Sementara itu, Djayadi Hanan, yang mewakili PIER Univ. Paramadina memberikan pandangan tentang ranah yang amat menentukan dalam penyiapan pemimpin masa depan; Keluarga, sekolah, dan lingkungan. Keluarga dan sekolah adalah yang paling berpengaruh. Program ini menyasar guru perempuan dalam rangka makin menguatkan dua lini tersebut, agar makin efektif.

Nara sumber kegiatan ini berasal dari internal PIER Universitas Paramadina; Dr. Mohammad Abduhzen, Umar Abdullah, PhD dan Hilal Tri Anwari. Dan dari BPSDM Kemendagri, Danang Binuko, SE, M.Ap.