Elemen Kedua, Media
Media, dalam simpulan berbagai opini, mengklaim berada di garis depan bersama pemerintah menyosialisasikan kebijakan dan pesan-pesan terkait pandemi Covid-19. Mengukur efektif atau belum efektif pemberitaan media tentu tidak mudah, termasuk jika membandingkan dengan potret realitas perilaku sebagian warga yang seolah-olah “aman-aman saja” atau tidak mengkhawatirkan apa pun.
Media memang tidak boleh menciptakan atmosfer horor, kecemasan, dan pesimisme. Pemberitaan dalam suasana seperti sekarang perlu terus didorong menjadi forum yang mengedukasi masyarakat. Informasi setiap perkembangan memuat makna pendidikan yang menginspirasi, bukan untuk menakut-nakuti. Efek yang diidealkan dari sebuah berita adalah tumbuhnya pemahaman, serapan pengetahuan, serta ajakan untuk membangun sikap dan perilaku yang tepat.
Tidak sedikit media yang memilih angle pemberitaan tentang polemik ketidakkonsistenan pemerintah, antara lain narasi konflik antara Pemerintah Pusat dengan Gubernur DKI Jakarta, atau antara Gubernur Jawa Timur dengan Wali Kota Surabaya. Tentu pilihan sudut pandang itu merupakan hak politik pemberitaan newsroom setiap media, akan tetapi kita akan tetap menemukan nilai kemaslahatan sosial manakala memberi penekanan pada orientasi jalan keluar, bukan pada aksen saling menyalahkan dan warna-warni opini buzzer yang berebut ruang beradu kuat.
Titik temu menuju kemaslahatan itu adalah, di tengah dinamika warna-warni manajemen penanganan pengendalian virus Corona, media tetap berkeyakinan memberi informasi-informasi yang mengajak, memersuasi, dan mendorong warga masyarakat untuk berdisiplin mematuhi protokol kesehatan, dan bersama-sama menjaga atmosfer manajemen pencegahan persebaran yang di Jawa Tengah diberi label “Jaga Tangga”.