PUSARAN.CO – ABU DHABI, 2 Mei 2019—Seiring dengan upaya Pemerintah untuk meningkatkan optimisme pasca pelaksanaan Pilpres dan Pileg serentak di Indonesia tanggal 18 April 2019 lalu, CEO & Founder Gaido Group, Muhamad Hasan Gaido, melakukan safari bisnis ke Timur Tengah.
Diawali dengan keikutsertaan Gaido Group dan sejumlah delegasi pengusaha Indonesia dalam World Franchise Exhibition (WFE) di Dammam, Arab Saudi, pada tanggal 25-27 April 2019, dilanjutkan pertemuan dengan sejumlah pengusaha Arab Saudi di Jeddah pada tanggal 29-30 April 2019, kegiatan ditutup dengan pertemuan dengan sejumlah pengusaha United Arab Emirates (UAE) di Abu Dhabi ibukota UAE pada tanggal 2 Mei 2019.
Selain merupakan CEO & Founder dari konglomerasi bisnis yang bergerak di bidang usaha travel haji dan umroh, jasa keuangan, media, properti, gaya hidup, transportasi, sosial, dll, Hasan Gaido adalah pengusaha muda Indonesia sukses yang saat ini menjabat sebagai President dari Indonesia – Saudi Arabia Business Council (ISABC), Ketua Komisi Tetap KADIN untuk Timteng & OKI, dan Sekjen Asosiasi Usaha Menengah Indonesia (AUMI).Pertemuan Hasan Gaido dengan sejumlah pengusaha UAE di Abu Dhabi terlaksana atas dukungan kantor Perwakilan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) atau Indonesia Investment Promotion Centre (IIPC) di Abu Dhabi.
Pimpinan dari perusahaan UAE yang menyatakan ketertarikannya untuk menjajaki lebih lanjut kerjasama investasi dengan Gaido Group adalah Mr. Eng. Abdulhakeem Al Tameemi (Chairman RV Gulf General Trading) yang bergerak dalam perdagangan besar (importir dan distributor SUV dan caravan gurun dari AS dan Eropa), ingin menjajaki kerjasama investasi di sektor agribisnis di Indonesia. Mr. Ali Moideen (Executive Director, Riviere) yang telah 2 kali berkunjung ke Indonesia (pada bulan Januari dan Maret 2019), mencari mitra lokal untuk rencana investasi industri air minum dalam kemasan (AMDK) dan makanan & minuman di Indonesia.
Dr. Shabeer Nellikode, Specialist Neurologist, MD (Med), DM (Neuro), DCN (London) (Founder & Managing Director, Universal Hospital) tertarik bersama Gaido Group menjajaki kerjasama pendirian Rumah Sakit dan Sekolah Kesehatan pada Healthcare Projects yang rencana dikembangkan oleh Gaido Group di Serang, Banten.
Dan terkahir, Mr. Saifee T. Rupawala (CEO, Lulu Group International) yang telah membuka 2 Lulu Hypermarket & Department Stores di Indonesia (Cakung dan BSD City) tertarik menjajaki peluang kerjasama investasi di sektor retail dan properti.
Delfinur Rizky Novihamzah, Kepala Perwakilan BKPM atau Indonesia Investment Promotion Centre (IIPC) di Abu Dhabi, menyatakan bahwa selama 6 tahun terakhir (Januari 2013 sd Des 2018) total realisasi investasi dari perusahaan/perorangan asal UAE di Indonesia yang tercatat di BKPM adalah senilai USD 219,16 juta; terbesar di antara 6 negara anggota Gulf Cooperation Countries (GCC).
Secara khusus, di tahun 2018 investasi senilai USD 69,94 juta (terbesar dalam 6 tahun terakhir) terealisasikan pada 59 proyek dengan penyerapan TKI sebesar 1.036 orang dan TKA sebesar 35 orang.
Beberapa proyek investasi terbesar dari UAE yang tercatat selama 6 tahun terakhir di BKPM adalah: hotel di Badung-Bali oleh Amaryllis H & R FZCO (PT. Jimbaran Villas) senilai USD 40,9 juta, perkebunan kelapa sawit dan industri pengolahannya di Banyuasin-Sumut oleh SGL Plantations Holding Ltd. (PT. Inti Agro Makmur) senilai USD 27,6 juta, apartemen di Jaksel oleh Limitless World International Services-6 Ltd. (PT. Bumi Daya Makmur) senilai USD 24,6 juta, hotel di Sukoharjo-Jateng oleh Lorin Property Investments Ltd. (PT. Hotel Anomsolo Saranatama) senilai USD 22,7 juta, serta perkebunan kelapa sawit dan industri pengolahannya di Boven Digoel-Papua oleh Prestige Holdings Ltd. (PT. Megakarya Jaya Raya) senilai USD 19,58 juta.
Rizky Novihamzah menambahkan bahwa nilai realisasi investasi sebagaimana tersebut di atas tidak termasuk investasi dari UAE di sektor hulu migas dan jasa keuangan (yang masing-masing diawasi oleh SKK Migas dan OJK), dari perusahaan/perorangan PEA yang berinvestasi melalui Special Purpose Company (SPC) yang didirikan di negara ‘ketiga’ seperti Singapura, Hong Kong BVI, Mauritius, dll, serta investasi dari perusahaan/perorangan non PEA yang berkantor di PEA.
Terdapat beberapa contoh proyek investasi besar dari kategori ini selama 6 tahun terakhir.
Pertama, investasi dari anak perusahaan Mubadala (SWF terbesar ke-3 di UAE setelah ADIA dan ICD) yaitu Mubadala Petroleum senilai lebih dari USD 500 juta melalui Participating Interest (PI) di 5 Bentuk Usaha Tetap (BUT) pengelolaan Wilayah Kerja Migas yaitu: Sebuku PSC, West Sebuku PSC, Andaman 1 PSC, Andaman 2 PSC dan South Andaman PSC.
Kedua, investasi dari anak perusahaan Mubadala lainnya yaitu CEPSA (PT. Energi Sejahtera Mas melalui proxy Sinarmas Cepsa Ltd. dari Singapura) yang membangun pabrik fatty alcohol di Dumai senilai EUR 300 juta.
Ketiga, Dubai Islamic Bank mengakuisisi 38,3% saham PT. Bank Panin Syariah Tbk. senilai USD 32,08 juta (dalam 2 tahap pada Mei 2014 dan Desember 2015).
Keempat, investasi senilai USD 14,28 juta dari Lulu Group International (PT. Lulu Group Retail, dengan pemegang saham perorangan berkewarganegaraan India) yang mengoperasikan 2 “Lulu Hypermarket & Department Stores” di Cakung dan BSD City. Keempat, investasi pabrik pipa fibre-glass senilai USD 13,1 juta dari Future Pipe Industries Ltd. (PT. Future Pipe Industries, dengan pemegang saham SPC yang didirikan di Belanda). Kelima, investasi senilai USD 2,3 juta dari Landmark Group (PT. Landmark Retail Trading, dengan pemegang saham SPC yang didirikan di Singapura) yang mengoperasikan 2 “Max Fashion Department Stores” di Central Park dan PIM 1.
Hasan Gaido menyatakan optimismenya bahwa didukung dengan berbagai upaya proaktif yang terus dilakukan oleh Pemerintah untuk meningkatkan iklim investasi di Indonesia, pertemuannya dengan sejumlah pengusaha UAE di Abu Dhabi akan membuahkan hasil yang positif dalam rangka mendorong peningkatan realisasi investasi dari UAE ke Indonesia dan menjadikan Timur Tengah sebagai salah satu sumber penting investasi di Indonesia. /rls