Megathrust Indonesia berdasarkan pemetaan BMKG.
JAKARTA – Beberapa kali gempa bumi mengguncang Indonesia, khususnya Pulau Jawa.
Terbaru gempa bumi di Cianjur magnitudo 5,8 dan disusul Garut dengan kekuatan lebih besar M 6,4.
Gempa bumi Cianjur menimbulkan korban jiwa dan kerusakan yang parah. Gempa di Garut sejauh ini belum dilaporkan adanya korban jiwa.
Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono menyatakan gempa bumi yang terjadi di Garut tidak berkaitan langsung dengan aktivitas gempa yang mengguncang Cianjur pekan lalu.
Daryono menerangkan pusat atau sumber gempa di Garut berada jauh di kedalaman 109 kilometer daratan Jawa Barat yang dipicu oleh aktivitas dalam lempeng Indo-Australia atau intraslab.
Tetapi gempa Garut ada dalam satu rentetan dengan Cianjur dan tetap mengancam mengingat wilayah Indonesia memang dikelilingi jalur gempa alias cincin api atau ring of fire.
Lombok dalam sehari, Minggu (4/12/2022), sudah dilanda gempa sebanyak tiga kali dengan kekuatan 6,5 – 6,0 – 7,0 SR. Jika gempa berlanjut hingga besoknya –hari ini– maka perkiraan BMKG mengenai megathrust Pulau Jawa sangat mungkin terjadi khususnya Jakarta yang diperkirakan besarnya mencapai 8,9SR.
Bukan hanya di Indonesia, gempa juga terjadi di Hawai 8.2 dan di Fiji-Jepang 8.2. Semuanya serentak hari kemarin. Semuanya dalam satu ring of fire. Lempeng bergerak seperti efek domino, berputar ke seluruh penjuru dunia
Ada perkiraan, gempa bumi megathrust bermagnitudo besar mengintai Pantai Selatan Jawa dan Bali. Tentu saja sebelum bencana alam ini terjadi harus diantisipasi.
Kesiagaan selalu digalakkan oleh para pakar bencana alam dan BMKG Indonesia.
Lautan yang berada di Pantai Selatan di DIY memiliki potensi bencana gempa bumi bermagnitudo 8,8 dan tsunami hingga ketinggian 20 meter.
Hal ini diungkapkan pakar tsunami dari Badan Pengkajian Penerapan Teknologi (BPPT) Widjo Kongko.
Dijelaskan, Samudera Indonesia di selatan Pulau Jawa merupakan pertemuan lempeng Eurasia dan Indoaustralia yang merupakan potensi sumber terjadinya gempa bumi tektonik.
Letak pertemuan lempeng di tengah laut menyebabkan wilayah pesisir menjadi rentan terhadap bahaya tsunami.
Hal ini diakibatkan oleh pergeseran lempeng Eurasia dan Indoaustralia.
Widjo menyebut pergeseran lempeng tersebut berakibat adanya potensi gempa bumi megathrust.
Gempa bumi megathrust ini memiliki potensi kekuatan hingga magnitudo 8,8 di selatan Pulau Jawa sehingga berpotensi menyebabkan tsunami.
“Ada segmen-segmen megathrust di sepanjang selatan Jawa hingga ke Sumba di sisi timur dan di selatan Selat Sunda.
“Akibatnya, ada potensi gempa megathrust dengan magnitudo 8,5 hingga 8,8,” jelasnya.
Berdasarkan permodelan, gelombang tsunami tersebut memiliki potensi ketinggian mencapai 20 meter dengan jarak rendaman sekitar tiga hingga empat kilometer.
Dari permodelan itu, Widjo menyebut, gelombang tsunami akan tiba dalam waktu sekitar 30 menit usai terjadi gempa besar.
“Jika Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) membutuhkan waktu lima menit sejak gempa bumi untuk menyampaikan peringatan dini,
Maka masyarakat hanya memiliki waktu sekitar 25 menit untuk melakukan evakuasi atau tindakan antisipasi lain,” tegasnya.
Ia juga menjabarkan, daerah yang berpotensi terkena dampak gelombang tsunami jika terjadi gempa bumi megathrust di selatan Jawa khususnya di selatan DIY cukup panjang yaitu mulai dari daerah Cilacap hingga ke Jawa Timur.
Tetapu diimbau lebih baik daerah Pantai Selatan Indonesia bersiap siaga.
Berdasarkan catatan, gempa bumi besar di selatan Pulau Jawa yang menimbulkan gelombang tsunami pernah beberapa kali terjadi.
Di antaranya pada tahun 1994 di Banyuwangi dengan magnitudo 7 dan pada 2006 yang menyebabkan tsunami di Pangandaran akibat gempa bumi bermagnitudo 6,8.
“Pada gempa tahun 1994, memang tidak ada catatan terjadi tsunami di DIY. Tetapi pada tahun 2006, ada catatan terjadi tsunami di selatan DIY wakau jangkauannya tidak melebihi Gumuk Pasir di Parang Kusumo,” bebernya.
Dari penelitian yang dilakukan, peristiwa gempa bumi megathrust di selatan Pulau Jawa pernah terjadi dengan kekuatan magnitudo 9.
“Umur radioaktif dari unsur-unsur yang kami temukan di Lebak Banten dan Bali memiliki umur yang sama.
Artinya, pernah ada tsunami di selatan Jawa yang disebabkan gempa dengan magnitudo besar,” katanya. (*)