Oleh Ahmad Kailani*)
Tepat 20 menit saat menjelang beduk Azan Maghrib, Letjen TNI (Pur) Prabowo Subianto hadir di tengah tamu undangan forum “Silaturahmi & Buka Puasa”. Bertempat di hotel Ritz Cartton, acara yang digagas Tim Kemenangan Nasional (TKN) Prabowo-Gibran (Senin, 25/3), secara sengaja menghadirkan Prabowo-Gibran untuk bersilaturahmi dengan pimpinan TKN dan para Komandan relawan. Seperti biasa, Prabowo tak lupa menyelipkan “joke”yang membuat suasana menjadi “cair”.
Namun, tidak lama, dalam sambutan tanpa teks, Presiden terpilih Periode 2024-2029, berubah serius. “ Saudara, TKN memang harus berakhir, karena kampanye sudah selesai. Tetapi Paguyuban ini saya mohon jangan bubar. Saya mengusulkan Paguyuban ini bernama Gerakan Solidaritas Nasional (GSN)”.
Sambutan dan permintaan Prabowo tentang posisi relawan paska Pilpres disambut meriah para komandan relawan. Permintaan Prabowo agar relawan tidak bubar atau dibubarkan seperti menjawab “kegalauan” relawan paska Prabowo-Gibran dinyatakan sebagai pemenang Pilpres 2024. Meski belum jelas bagaimana format GSN kedepan, setidaknya para Komandan Zona TKN Golf khusus relawan merasa lega.
Pertanyaan dari simpul-simpul Kabupaten/Kota hingga hirarki tingkat desa/kelurahan yang sempat mengajukan status mereka;“Bagaimana Dan, kita bubar atau lanjut? Saya hanya bisa bisa menjawab; “ belum ada arahan dari TKN Pusat”. Namun setelah ada “perintah” dari Sang Presiden, secepat kilat sejumlah Whats App Grup (WAG) mengubah nama. Salah satunya WAG relawan Jawa Tengah yang berubah menjadi “Gerakan Solidaritas Jateng” (GSJ).
GSN, Relawan Paska Pilpres
Bagi saya dan para Komandan relawan di lapangan, jawaban tegas dan lugas Prabowo telah memberikan kepastian kalau relawan Prabowo-Gibran masih dalam satu garis komando. Sebab dalam satu bulan setelah Pemilu dan pengumuman resmi Komisi Pemilihan Umum (KPU) sebagian besar bertanya; “Mohon arahan Dan, setelah ini apa yang kita perbuat? Atau mengingat mulai ramainya isu-isu Pemilihan Gubernur dan Pemilihan Kepala Daerah, tidak sedikit yang minta petunjuk. “Mohon arahan Dan, kita akan dukung siapa nanti? Dari relawan Panglima Militansi Gibran, Boyolali, misalnya kirim WA, “Arahnya kemana niki Dan?
Sebagai Penanggungjawab Zona Jawa Tengah, saya tidak bisa mengabaikan pertanyaan- pertanyaan yang terkadang sangat sepele. Kita tidak tahu bagaimana kondisi yang mereka hadapi di lapangan. Tidak jarang para Komandan Zona mendapat semprotan dan ancaman dari para relawan, seperti kelangkaan Alat Peraga Kampanye (APK) yang sering dialami Tim Golf. “Maaf Dan, kalau sampeyan tidak kirim APK, kita akan bubarin acaranya”.
Ia menyebut jumlah sekian ribu peserta yang siap hadir. Tak puas jawaban dari WA, rata-rata mereka pun telpon; ngamuk-ngamuk. Mereka ngamuk karena merasa di anak tirikan. Kadang, daerah lain yang berlimpah pasokan pamer di grup WA. Lalu berujung provokasi. TKN memang
sempat mengalami “krisis” APK. Antara “demand” dan “suply” bak panggang jauh dari api. Akhirnya banyak juga yang merogoh kocek sendiri untuk memenuhi kebutuhan canvasing. Tidak sedikit Ketua organ relawan berhutang ratusan juta agar bisa menyuplai APK.
Tetapi apakah para relawan yang “sudah berdarah-darah” itu menyerah dan kapok? Ternyata tidak Ferguso. Kadang candu tidak harus berbentuk rokok. Menjadi relawan juga kadang menjadi candu. Saat tengah menulis artikel ini, sebuah WA masuk dari relawan BarPro. “ mungkin Bapak punya rekomendasi untuk “Cagub”, biar relawan saya yang sudah terbentuk dari Rembang sampai Cilacap tidak bubar”. Agak lama saya mencari jawaban. Akhirnya saya hanya bisa menjawab; “wait and see” dulu ya? Sebuah jawaban yang tentunya tidak memuaskan dan membuat penasaran. Sebab instink politik para relawan di daerah sering lebih tajam ketimbang pusat. Terlebih setelah Pilpres, agenda politik selanjutnya adalah Pilgub dan Pilkada. Sayang jika sudah sukses mengusung Prabowo-Gibran lalu menjadi penonton di kampung sendiri. Inilah candunya.
Gerakan relawan untuk memenangkan Prabowo-Gibran memang terbilang sangat masif. Di TKN sendiri relawan ada empat kategori; relawan pendukung Prabowo, Gibran, Jokowi dan Partai Politik. Lalu, dari 4 kategori ini terbagi menjadi beberapa segmentasi; segmen pengusaha, UMKM, Ojek, Online, emak emak, Gen. Z., buruh, tani, nelayan, Santri dan sebagainya. Relawan juga bergerak hingga ke tingkat kelurahan dan RT-RW. Tak ketinggalan pekerja Migran juga secara intens digarap baik yang ada di dalam negeri ( calon TKI/TKW yang sedang menunggu keberangkatan), dan utamanya luar negeri. Sepertinya relawan Prabowo- Gibran tidak membiarkan adanya ruang kosong pemilih termasuk para pemilih yang masih belum punya pilihan (undecided voters) yang dalam Pemilu 2024 jumlahnya lumayan besar.
Data-data yang tidak tertulis inilah yang menjadi “rahasia” mengapa Prabowo-Gibran menang banyak. Sebab selain koalisinya gemuk, jumlah relawannya juga sangat banyak. Data yang saya miliki saat menggelar Rapat Koordinasi Daerah (Rakorda) Zona Jawa Tengah ada 100 lebih organ relawan yang hadir dan tercatat. Mereka yang hadir dan tercatat adalah relawan yang sudah terdaftar di Rumah Besar Pemenangan di Slipi dan bersertifikat. Seleksi untuk hadir saja sudah sangat ketat, bukan organisasi relawan abal-abal. Menurut Nusron Wahid, Sekretaris TKN, “Kita diuntungkan dengan koalisinya gede, relawannya banyak. Kalau yang lain, Mas Ganjar, koalisinya kecil, dan mungkin didominasi oleh satu partai, relawannya juga enggak begitu banyak,”
Militansi Relawan Prabowo-Gibran
Rahasia kemenangan Prabowo-Gibran juga diungkap Ketua Sekretariat Bersama (Sekber) Solo Raya, yang juga Ketua Umum Relawan Sekabel. “Kami selalu bergerak dan berkoordinasi dengan puluhan organ relawan yang berada di Solo Raya. Kami bergerak senyap, rapi, masif langsung ke akar rumput,” Katanya. Selanjutnya Wisnu mengatakan bahwa ia langsung bergerak ke lapisan masyarakat hingga tingkat bawah untuk mendulang suara. “Kami maksimalkan pasukan bawah atau pasukan infanteri. Kami tidak melakukan cabut oyot atau pedot oyot. Silahkan pilih partai apa saja, yang penting kalau Pilpres pilih 02”.
Manajemen gerakan relawan Prabowo-Gibran boleh dibilang ketat, solid, masif dan fully koordinatif. Garis komando Tim Golf dari Pusat hingga titik terpencil terkoodinir dengan cukup rapi. Tidak aneh, jika dalam masa kampanye, justeru kekuatan dan militansi ada digaris paling depan. Relawan, dengan kemampuannya yang sangat terbatas alih-alih menyerah justeru semakin mampu membangun kedekatan dengan “konstituen”. Di lapangan, militansi relawan tidak saja dimiliki kaum Bapak. Bahkan relawan yang dikoordinir “emak-emak” terlihat jauh lebih militan.
Demikian pula gerakan yang dilakukan oleh anak-anak gen zenial. Mereka yang sebagian besar masih kuliah tak ketinggalan ikut “berjibaku” untuk kemenangan Prabowo-Gibran. Tidak hanya semangat dalam membangun opini dan jejaring ke kalangan pemilih pemula, mereka juga mencari dana untuk memenuhi logistik relawan dengan mengamen. Banyak yang sulit dipercaya jika tidak berinteraksi langsung dengan mereka dan faktanya apa yang mereka katakan terbukti di lapangan.
Janji Prabowo
Kembali pada perintah agar relawan tidak bubar sangat jelas apresiasi Prabowo pada relawan sangat besar. Sikap Prabowo pada relawan menunjukkan bahwa ia bukan tipologi pemimpin yang “lupa kacang pada kulit”, atau menjadikan relawan “bak manis sepah dibuang”. Bahkan sebaliknya, Prabowo ingin memberi peran penting kepada relawan persis seperti Jokowi memberi posisi relawan dalam kabinetnya. Secara politik, jika janji Prabowo terwujud, apresiasi Prabowo kepada relawan menunjunjukkan tiga hal;
Pertama, Prabowo ingin membuktikan komitmennya untuk melanjutkan kebijakan Presiden Jokowi. Di era Jokowi, relawan mendapat peran dan posisi terhormat. Bahkan beberapa pimpinan organ relawan masuk dalam portofilo kabinetnya. Tentu penulis berharap, Prabowo juga melakukan langkah yang sama memberi tempat relawan dalam kabinet.
Kedua, sejumlah program kerja yang dijanjikan Prabowo seperti pemberian makan siang dan susu gratis, tidak bisa hanya mengandalkan kekuataan birokrasi dan partai politik. Sebaliknya kemampuan kemampuan relawan yang mampu menembus sekat-sekat “primordial” saat kampanye, dapat dijadikan “backbone” dalam menjalankan program kerja ke titik-titik terpencil sekalipun. Sebab, program yang ditawarkan oleh Prabowo umumnya ada di remote area yang jejaringnya sudah dimiliki relawan.
Ketiga, terkait Pilgub dan Pilkada paska Pemilu. Tentu secara politik sangat strategis jika kebijakan pusat didukung oleh pemimpin daerah dan kabupaten/kota. Dengan kata lain, jika ingin program yang dijanjikan tepat hasil dan sasaran, menang dalam Pilgub dan Pilkada, adalah kunci. Karena itu, “perjuangan” menang dalam Pilgub dan Pilkada tidak bisa tanpa melibatkan relawan. Sebagaimana relawan menjadi garda depan dalam Pilpres, maka relawan juga sejatinya akan berada di garda depan dalam Pilgub dan Pilkada. Ewakoo!!
*) Penulis adalah Ketua Umum Relawan Perisai Prabowo & Wakil Komandan TKN Golf/ Ketua Koordinator Relawan Zona Jawa Tengah