CIKARANG – Berada di balik jeruji besi tahanan nyatanya tak menjadi halangan bagi seseorang untuk terus berkarya. Hal itulah yang ditunjukan sejumlah narapidana alias napi Lapas di Jawa Barat. Berbekal pengetahun, sejumlah napi di tempat itu pun sukses membuat karya yang dapat diminati banyak orang.

Hal yang sangat luar biasanya yaitu karya napi, atau produk napi tersebut memiliki nilai jual, sehingga semua pihak sama-sama mendapat keuntungan, mulai dari Napi hingga Negara. Ada yang dijual di dalam negeri, bahkan ada juga yang dijual ke Luar Negeri.

Perlu diketahui, selama para narapidana menjalani masa pidana, mereka dibekali berbagai keterampilan, diberikan pembinaan untuk menunjang kemampuannya dalam berbagai Hal, para petugas mengasah skil para napi untuk bias berkembang.

Baca Juga

Sebelum warga binaan bisa membuat produk, mereka terlebih dahulu dilatih, kemudian disiapkan sarana dan prasarana. Jadi pola pikirnya, Lapas itu bukan tempat pidana, tapi diubah pandangannya, untuk lebih baik lagi. Jadi arahnya bukan hanya pembinaan tetapi menghasilkan dan bermanfaat.

Lapas/Rutan/LPKA tidak hanya sekedar sebuah lembaga yang hanya bersifat menghabiskan aggaran negara, tetapi juga sebagai lembaga yang produktif dan dapat memberikan kontribusi kepada negara melalui Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang dihasilkan melalui kegiatan kemandirian narapidana.

Manfaat yang dirasakan narapidana selama menjalani pembinaan keterampilan adalah menambah pengetahuan narapidana dalam bidang keterampilan, narapidana dapat bersosialisasi dengan narapidana lain, hingga menjadi pengisi waktu luang selama di dalam penjara.

Pembinaan dalam bidang kemandirian dilakukan dengan tujuan setelah narapidana keluar dari Lapas atau Rutan, mereka dapat mandiri dengan bekerja pada orang lain atau membuka usaha sendiri, sehingga mereka dapat berguna di tengah-tengah masyarakat. Meskipun harus diakui bahwa pembinaan itu membutuhkan waktu yang lama serta proses yang tidak cepat, namun seiring dengan berjalannya masa tahanan narapidana dapat menjalani proses dengan baik dan bisa kembali berbaur di dalam masyarakat.

Pembinaan keterampilan sebagai salah satu program pembinaan dikategorikan ke dalam ruang lingkup pembinaan narapidana adalah untuk membuat narapidana dapat bergaul dengan narapidana lain selama menjalani keterampilan dan juga sebagai bekal narapidana dalam proses reintegrasi dengan masyarakat. Pembinaan keterampilan juga sebagai salah satu program pembinaan narapidana akan dapat terlaksana secara maksimal dengan menjalin kerjasama melalui pihak ketiga baik dengan instansi pemerintah maupun pihak swasta yang dapat memberikan bimbingan keterampilan yang bermanfaat di masyarakat apabila kelak telah habis masa hukumannya.

Pada Hakikatnya, Pembinaan Bagi Narapidana tentunya membutuhkan dukungan dari berbagai pihak, misalnya keluarga, petugas, pemerintah, maupun mitra kerja yang berasal dari pemerintah maupun swasta.

Sebagai contoh, Lapas Kelas IIA Cikarang telah sukses menerapkan pembinaan keterampilan kepada warga binaan, hal itu dapat dilihat dari banyaknya kerjasama yang telah dijalin dengan para mitra kerja dan Hasil yang sudah nyata.

Sementara itu, Saat dikonfirmasi kepada Kepala Lapas Kelas IIA Cikarang, Veri Johanes, yang dalam kesempatan tersebut dijelaskan oleh David selaku bagian Kegiatan Kerja Lapas Cikarang, Dirinya menuturkan bahwa pihaknya membenarkan bahwa ada Napi yang dianggap Produktif itu bias menghasilkan uang selama mereka berada di dalam penjara.

“Perlu kami sampaikan bahwa semua kegiatan-kegiatan kerja bagi warga binaan yang mempunyai profit yang pastinya warga binaan tersebut mendapatkan premi yang sering kali premi tersebut mereka gunakan untuk kebutuhan sehari-hari, premi tersebut kadangkala kita berikan seminggu sekali atau sebulan sekali dan preminya berbeda-beda berdasarkan jenis produksi yang laku di pasaran tentunya, jadi preminya itu dalam bentuk uang, contoh misalnya Pokja roti karena produktivitasnya bagus mereka mendapatkan kurang lebih rata-rata itu Rp 90.000 per minggu, lain lagi dengan Pokja kulit ataupun Pokja tempe karena siklus penjualnya perbulan maka premi pun didapatkan rata-rata warga binaan itu perbulan dan jumlahnya berbeda berdasarkan dari hasil yang didapat, hasil penjualan itu selain untuk warga binaan kita sisihkan juga untuk diputar lagi sebagai pembelian modal bahan baku,” ujarnya.

Ditanya Soal Napi Itu menggunakan uang untuk kebutuhan sehari-hari, Misalnya…

“Misalnya begini untuk premi kebutuhan sehari-hari kadang kala dari mereka kebanyakan itu jarang sekali mendapatkan kunjungan dari keluarga artinya dari keluarga kebanyakan itu tidak banyak memberi perhatian dengan mereka bekerja mereka mendapatkan premi mereka dapat membeli sabun atau mau membeli rokok atau membeli makanan yang di kantin ataupun di koperasi, jadi dengan mereka bekerja mereka secara tidak langsung membantu keluarga dengan tidak merepotkan keluarga yang ada di rumah ketika di dalam Lapas,” tandasnya.

David juga menambahkan bahwa ada juga narapidana yang rajin menabung, “Jadi uang nya itu mereka tabung untuk nanti mereka bebas punya bekal, dan ada juga yang disishkan untuk diberikan kepada keluarganya,” imbuhnya. Sebagaimana dikutip dari indosatunews.com

Diharapkan Pemerintah Daerah, Provinsi, maupun Pusat, terus memberikan kontribusi berupa dukungan dalam pelaksanaan pembinaan yang dilakukan oleh Lapas dan Rutan di Indonesia kepada masyarakat yang berstatus Napi karena melakukan pelanggaran Hukum. (Red).