“Oleh karena itu, sesudah berhaji jangan kehilangan akal sehat. Kecepatan tangan jangan lebih cepat ketimbang akal kita. Kita tidak mendorong diri kita aktif untuk melakukan aktivitas clicktivisme,” kata Dr Ramdansyah.
Aktivitas clicktivisme yang dimaksud adalah mendukung isu tertentu demi kepuasan pribadi tetapi berdampak politis lebih luas. “Kecenderungan ini terjadi pada Pemilu 2019 dengan terbelahnya media sosial melalui sebutan Kadrun dan Cebong. Pandangan atau berita yang sesuai dengan pemikiran atau ideologinya akan diteruskan ke banyak media sosial, padahal belum tentu kebenarannya. Itulah clikctivisme,” jelas Ramdansyah.
“Pilihan ada di tangan masing-masing kita untuk kita renungkan dan jadikan pilihan terbaik, tanpa harus menjelekkan yang lain. Siapapun calon pemimpin pilihan rakyat memiliki kelebihan dan kekurangan.
Menerima kekurangan dan kelebihan adalah bagian pengorbanan kita untuk berbangsa dan bernegara. Kita akan menjadi Ulul Albab selama kita merenung, meneliti dan mengkaji pilihan politik dan diendapkan,” ujar lelaki yang menyandang lima gelar Master ini.
“Kita adalah ulul albab. Perubahan perilaku individual atau kesalehan indivual akan menjadi kesalehan sosial. Ia tidak lagi jatuh pada tindakan fisik tanpa mempertimbangkan akal sehat,” katanya. (*)