PUSARAN.CO – Menangggapi pemberitaan media massa tentang Kepulangan 16 ribu Pekerja Migran Indonesia dalam waktu dekat ini, Nicholas Frans Giskos selaku Sekjend Serikat Pekerja Migran Indonesia (SPMI) yang sebelum Kongres Ke VI di Jakarta masih bernama Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI), mengapresiasi dan memuji langkah pemerintah dalam hal ini Presiden Jokowidodo yang memerintahkan jajarannya untuk memonitor secara ketat demi mencegah penyebarannya covid 19 dari klaster Pekerja Migran.
Namun disisi lain, Nicholas juga merasa kecewa terhadap sikap Presiden dimana tidak sedikitpun menyinggung tentang Tenaga Kerja Asing yang masuk kenegri ini.
“Padahal sampai saat ini Tenaga Kerja Asing (TKA) Khususnya dari China Masih terus bebas masuk kenegri yang kita cintai bersama ini,” tulis Nicholas dalam surat terbukanya.
Nicholas menegaskan, maraknya rakyat yang menjadi Pekerja Migran diakibatkan oleh kemiskinan dan sulitnya mereka mendapatkan pekerjaan di negeri ini, belum lagi banyak diantara Pekerja Migran ini tidak memiliki keahlian dan pendidikan memadai untuk bisa melamar pekerjaan jika ada lowongan, serta diantara mereka juga banyak hanya bermodal keberanian saja pergi merantau / hijrah ataupun mengadu nasib di negara asing, baik itu menggunakan jalur resmi yang diberi ijin negara maupun menjadi korban perdagangan manusia.
“Yang menjadi pertanyaan saya kenapa rakyat sendiri yang mau pulang ke tanah air malah bapak curigai sebagai pembawa virus baru sedangkan Wisatawan Asing dan TKA tidak sedikitpun bapak curigai, dan masih segar dalam ingatan saya bahwa awal – awal virus ini belum pandemik serta masih berada di Wuhan China bapak terkesan jumawa dan malah memberikan diskon besar – besaran untuk mengundang wisatawan bahkan berencana mengalokasikan uang negara puluhan milyar untuk membayar Influencer agar promo pariwisata bapak berjalan sukses,” ujar Frans.
“Lebih miris lagi jajaran kabinet yang bapak pimpin terkesan mengolok-olok dengan melakukan goyang ala Tik Tok, serta mengatakan makan nasi kucing dan lainya,” imbuh Nicholas.
Seharusnya, lanjut Nicholas, Bapak Presiden menyambut para Pekerja Migran Indonesia dengan karpet merah dan memberikan penghargaan yang tinggi bagi mereka sebagai Pahlawan Devisa, karena mereka telah secara sukarela mengorbankan diri dan meninggalkan tanah air untuk menghasilkan lembaran mata uang asing agar dikirim ke negara kita, sehingga atas bantuan para sukarelawan inilah perekonomian bangsa kita bisa bertahan bukan malah mencurigainnya sebagai pembawa Virus baru.
“Bayangkan saja bapak, bila jutaan Pekerja Migran Indonesia (PMI) yang sedang berada diluar negri itu tidak sudi meninggalkan tanah air untuk mengadu nasibnya, maka sudah bisa dipastikan lonjakan angka pengangguran akan meningkat tajam dan bukan tidak mungkin para pengangguran itu akan membuat huru – hara di daerah asalnya serta sekaligus hilangnya sumber devisa terbesar setelah sektor pertambangan dan energi,” pungkasnya.
Menurut Frans, selaku kepala negara, Presiden Jokowidodo, tidak etis mencurigai para pekerja migran ini sebagai ancaman pembawa virus baru.
“Jika bapak ingin memonitor mereka cukup itu dalam internal jajaran bapak saja dan tidak menjadi konsumsi publik, sungguh sangat sakit rasanya ketika pengorbanan yang tulus mereka lakukan justru malah dianggap ancaman bagi bangsa sebagai pembawa virus baru,” tandasnya.
Belum lagi, sambung Nicholas, nanti ketika mereka tiba dikampung halamannnya masing – masing justru akan mendapatkan stigma dan tindakan diskriminasi dari warga.
“Singkatnya bapak presiden “Tolong hormatilah para PMI ini sebagai Pahlawan Devisa” jangan lagi mereka dibiarkan hanya menjadi “Tumbal Devisa Negara”, tolong juga gerakan jajaran yang bapak pimpin untuk memperlakukan para Pahlawan Devisa dengan manusiawi dan jika ingin mengkarantina mereka maka berikanlah tempat yang layak seperti perlakuan bapak terhadap para Mahasiswa dari Wuhan itu beberapa waktu yang lalu,” tutupnya.(***).