Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI, Brigjen Kristomei Sianturi, menyebut pihaknya menduga terjadi ledakan kedua atau susulan meski prosedur sudah dijalankan.
“Mungkin ada ledakan kedua, detonator yang belum meledak,” ujarnya.
Selain itu, Kristomei menduga warga yang menjadi korban sedang berupaya mengumpulkan sisa-sisa logam dari bekas ledakan, seperti serpihan granat dan mortir.
“Memang biasanya apabila selesai peledakan, masyarakat datang untuk ambil sisa-sisa ledakan tadi, apakah serpihan-serpihan logamnya yang dikumpulkan, kemudian tembaga, atau besi, yang memang bekas dari granat, mortir, itu yang biasanya masyarakat ambil logam tersebut,” ujar Kristomei.
Kristomei menduga terdapat bom yang belum sepenuhnya meledak. Akibatnya, ketika warga mendekat, ledakan susulan terjadi dan menelan korban jiwa.
Meskipun demikian, Kristomei menegaskan bahwa dugaan ini masih bersifat awal.
TNI saat ini tengah melakukan investigasi menyeluruh untuk mengetahui penyebab pasti dari insiden tersebut.
Terpisah, Camat Cibalong, Dianavia Faizal, menyampaikan kepada Tempo.co bahwa pihak kecamatan telah menerima pemberitahuan dari TNI mengenai rencana pemusnahan amunisi sekitar satu pekan sebelumnya.
Dia menambahkan lokasi di sekitar pantai selatan itu memang lazim digunakan untuk pemusnahan amunisi yang tidak terpakai atau yang sudah kedaluwarsa.
Seperti Kristomei, Faizal menduga banyaknya warga yang menjadi korban disebabkan karena mereka sedang mencari sisa selongsong amunisi.
“Terkait teknis kejadiannya bagaimana, saya tidak tahu. Tapi yang jelas di Kampung Cijeruk itu sudah biasa dilakukan pemusnahan,” ujar Faizal.
Lebih lanjut, Faizal mengatakan warga setempat sudah mengetahui rencana pemusnahan yang dilakukan pihak militer.
Bahkan, menurut Faizal, biasanya warga yang rumahnya rusak akibat ledakan akan mendapat penggantian.