Plt Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari pada diskusi disaster briefing yang diikuti secara daring di Jakarta, Senin (12/6/2023). (Tangkapan layar ANTARA)

JAKARTA – Kekeringan mulai melanda sebagian wilayah Jawa Tengah yang ditandai dengan adanya laporan dari sejumlah kabupaten terkait krisis air bersih.

Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Abdul Muhari menyebut kekeringan telah dirasakan oleh warga Desa Kendalsari, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten, sebanyak 4.360 warga mulai kesulitan mendapatkan air bersih.

“Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Klaten telah mendistribusikan air bersih menggunakan mobil tangki berkapasitas 30.000 liter sebagai upaya antisipasi dan penanganan,” kata Abdul Muhari melalui keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Jumat.

Baca Juga

Wilayah lain yang dilanda kekeringan adalah Desa Bulurejo, Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang, sebanyak 234 warga mengalami krisis air bersih.

“BPBD Kabupaten Magelang telah mengirim pasokan air bersih hingga 10.000 liter untuk menanggulanginya,” ujar Abdul Muhari.

Kekeringan juga dirasakan oleh 1.460 warga Kelurahan Jabung, Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang. BPBD Kota Semarang telah mengirimkan air bersih hingga 10.000 liter untuk menanggulanginya.

Kekeringan melanda pula Desa Pojok, Kecamatan Tawangharjo, Kabupaten Grobogan, sebanyak 150 warga merasakan kelangkaan air bersih.

“BPBD Kabupaten Grobogan telah mendistribusikan air bersih hingga 10.000 liter untuk menanggulanginya,” ujar dia.

Berdasarkan informasi prakiraan cuaca dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), sebagian besar wilayah Jawa Tengah memiliki peluang curah hujan yang sangat rendah dengan prakiraan kurang dari 90 persen atau di bawah 50 mm hingga dasarian 3 Juli 2023 mendatang.

Sebelumnya BMKG menyatakan musim kemarau di tahun ini akan lebih panjang dari periode sebelumnya karena ada fenomena El Nino.

“Selain kekeringan, musim kemarau tahun ini dapat memicu terjadinya bencana kebakaran hutan dan lahan (karhutla),” katanya

Oleh karena itu sebagai upaya antisipasi dalam menghadapi potensi bencana kekeringan selama musim kemarau, dia mengimbau kepada masyarakat agar menghemat dan mengelola penggunaan air dengan baik.

Di samping itu ia mengimbau agar warga melalukan perbaikan lingkungan dengan menanam pohon, membangun atau merehabilitasi jaringan irigasi, konservasi air, serta melakukan perlindungan kepada sumber air bersih yang tersedia. (*)