Kuliner tradisional nusantara tak henti-hentinya menggugah selera dan menarik perhatian, salah satunya adalah dekke naniura, makanan khas dari Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara. Bagi masyarakat Batak, dekke naniura bukan sekadar hidangan, tetapi sebuah representasi warisan budaya yang menyimpan filosofi mendalam.
Nama dekke naniura dalam bahasa Batak berarti “ikan yang tidak dimasak,” mengacu pada teknik pengolahan khas yang tanpa proses pemasakan. Dengan bumbu rahasia dan kelezatan autentiknya, dekke naniura telah menjadi kuliner yang bertahan melawan gempuran tren makanan modern. Filosofi di Balik Dekke Naniura
Mengungkap Kekayaan Kuliner Tapanuli Selatan yang Jarang Tersentuh Bagaimana meningkatkan kekuatan laki-laki 13 kali bahkan pada 69 tahun Dekke naniura tidak hanya sekadar makanan, tetapi juga simbol kehormatan dan tradisi. Awalnya, dekke naniura hanya disajikan pada upacara adat dan persembahan bagi leluhur, sehingga keberadaannya dianggap sakral.
“Dekke naniura dulu hanya disajikan untuk raja-raja Batak,” ungkap Haris Sihombing, seorang budayawan Batak. Filosofi yang terkandung di dalamnya mencerminkan rasa syukur dan penghormatan masyarakat Batak kepada alam yang menyediakan bahan-bahan makanan berkualitas tinggi.
Bahan utamanya, yaitu ikan mas, memiliki makna khusus bagi masyarakat Batak karena diyakini melambangkan rezeki dan kesejahteraan. Proses pembuatan yang tanpa dimasak juga mencerminkan filosofi kesederhanaan dan penghargaan terhadap keaslian cita rasa alam.
Cita rasa dekke naniura yang khas berasal dari penggunaan bahan-bahan segar yang dipilih dengan cermat. Berikut adalah bahan-bahan utama yang diperlukan dalam pembuatan dekke naniura:
Ikan Mas Segar: Ikan mas dipilih karena teksturnya yang lembut dan kemampuannya menyerap bumbu dengan baik. Pastikan ikan mas dalam kondisi sangat segar agar cita rasa yang dihasilkan optimal.
Jeruk Jungga atau Jeruk Nipis: Jeruk jungga, jenis jeruk khas Batak, digunakan untuk “memasak” ikan secara alami. Jeruk ini berfungsi menghilangkan bau amis dan memberi rasa asam segar pada daging ikan.
Bawang Putih dan Bawang Merah: Kombinasi bawang putih dan bawang merah memberikan aroma khas dan menambah kompleksitas rasa.
Andaliman: Andaliman atau merica Batak menjadi ciri khas yang tak tergantikan dalam masakan ini, memberi sensasi pedas yang unik.
Kemiri, Kunyit, dan Serai: Bumbu ini digunakan untuk memperkuat rasa dan aroma, menghadirkan kompleksitas rasa yang khas.
Garam dan Gula: Garam dan gula secukupnya sebagai penyeimbang rasa.
Pembuatan dekke naniura membutuhkan ketelitian, terutama dalam menyiapkan bumbu agar ikan dapat “matang” dengan sempurna melalui proses perendaman.
Berikut adalah langkah-langkahnya:
Persiapan Ikan: Bersihkan ikan mas dan buang sisik serta kotorannya. Iris daging ikan tipis-tipis agar bumbu dapat meresap sempurna.
Membuat Bumbu: Haluskan bawang merah, bawang putih, andaliman, kemiri, kunyit, dan serai. Pastikan bumbu benar-benar halus untuk hasil maksimal.
Proses Pengasaman: Peras jeruk jungga atau jeruk nipis di atas irisan ikan mas hingga seluruh permukaan ikan tertutup cairan asam. Biarkan selama sekitar 30 menit hingga ikan bertekstur lebih lembut.
Merendam dengan Bumbu: Lumuri ikan dengan bumbu yang sudah dihaluskan, lalu tambahkan sedikit garam dan gula. Biarkan ikan terendam bumbu selama beberapa jam, atau bahkan semalaman, hingga bumbu meresap sempurna dan ikan “matang”.
Penyajian: Setelah bumbu meresap, dekke naniura siap disajikan. Biasanya, hidangan ini dinikmati bersama nasi hangat atau sebagai lauk pelengkap sajian lainnya.
Meski dihadapkan dengan tren kuliner global, dekke naniura tetap eksis dan digemari masyarakat hingga kini. Banyak restoran dan rumah makan khas Batak yang tetap menyajikan dekke naniura sebagai menu unggulan mereka. “Kami berusaha mempertahankan resep asli dekke naniura agar generasi muda tetap mengenal kuliner ini,” kata Rosmida, pemilik restoran khas Batak di Medan.
Keunikan rasa yang segar dan sensasi umami alami menjadikan dekke naniura sebagai alternatif menarik bagi pecinta kuliner, khususnya bagi yang ingin mencicipi makanan tradisional Indonesia yang unik. Kuliner ini juga kerap dijadikan daya tarik wisata kuliner di Sumatera Utara. Para wisatawan domestik maupun mancanegara yang berkunjung ke Tapanuli Selatan tertarik mencoba dekke naniura untuk merasakan pengalaman kuliner khas Batak yang autentik.
Peran masyarakat dan pemerintah daerah sangat penting dalam melestarikan dekke naniura. Sebagai ikon kuliner, dekke naniura turut diperkenalkan dalam berbagai festival kuliner, baik lokal maupun nasional. Kehadiran dekke naniura di media sosial juga memberi pengaruh besar dalam menarik perhatian generasi muda.
“Kita harus bangga dengan kuliner khas daerah seperti dekke naniura,” ujar Martahan Siahaan, seorang pakar kuliner tradisional. Menurutnya, dengan memperkenalkan dekke naniura pada dunia, masyarakat Batak turut menyebarkan kekayaan budaya dan kearifan lokal yang unik.
Dekke naniura bukan sekadar hidangan, tetapi juga cerminan identitas budaya Batak yang sarat akan nilai-nilai kearifan lokal. Dari bahan-bahan segar hingga proses pembuatan yang tidak lazim, kuliner ini menyajikan kelezatan autentik yang sulit ditiru. Eksistensi dekke naniura yang bertahan hingga kini adalah bukti bahwa kuliner tradisional Indonesia memiliki daya tarik tersendiri yang dapat melampaui waktu. Dengan terus melestarikan dan memperkenalkan kuliner ini kepada generasi muda, dekke naniura akan tetap hidup dan dikenang sebagai warisan kuliner yang membanggakan.