Kekhawatiran terhadap kemungkinan terjadinya kejadian dalam pelaksanaan Pemilu terus disuarakan oleh berbagai pihak. Oleh karena itu, masyarakat perlu ikut mengawasi dan mengawal agar setiap kejadian yang mungkin terjadi dapat dimitigasi dari awal, sehingga berbagai hal yang bertanya-tanya menyebabkan terjadinya kejadian bisa dihindari dan dicegah.

Ajakan itu datang dari Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Abdul Mu’ti dan Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, Saifullah Yusuf yang akrab disapa Gus Ipul, pada kesempatan ngopi bareng awak media, Jumat (9/2), di Jakarta.

Perjumpaan dua petinggi Organisasi Masyarakat Islam terbesar itu menjajaki kerjasama apa yang bisa diekplorasi untuk lebih bersinergi terutama setelah secara bersama menerima penghargaan dari Syekh Zayed dianugerahi Zayed Award for Human Fraternity 2024 di Founders Memorial, Abu Dhabi, Senin (5/4/2024). Zayed Award for Human Fraternity 2024 adalah penghargaan yang menunjung tinggi nilai-nilai kemanuasian dan toleransi. 

Baca Juga

“Alhamdulillah kami terima diberikan, satu paket berdua untuk Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama. Sehingga karena itu kedepan mudah-mudahan ini bisa menjadi bagian dari dua organisasi ini bisa berperan lebih besar dalam membangun tata kehidupan dunia yang damai khususnya di tanah air kita Indonesia ini”, ujar Abdul Mu’ti.

“Penghargaan ini memotivasi agar kami bergandeng kuat. Apa yang dikerjakan Muhammadiyah dan NU yang sudah lebih seratus tahun mulai diakui dunia internasional,” tambah Gus Ipul.  

Jurdil Kawal Pemilu Pertemuan ditengah suasana babak akhir kampanye itu meluas pada pembicaraan terkait pelaksanaan Pemilu yang ditengarai berbagai pihak tidak jurdil.

Soal jurdil Pemilu menurut Gus Ipul yang sudah beberapa kali ikut kontestasi pilihan langsung mengungkapkan, bahwa isu keadaan itu selalu ada mewarnai setiap Pemilu.

Namun, lebih lanjut menurutnya aturannya sudah cukup jelas, jika terjadi keadaan, apa tindakannya, proses dan bagaimana pembuktiannya, semua ada proses dan prosedurnya.

Karena itu Gus Ipul mengajak untuk bersama mengawal agar Pemilu benar-benar jujur, adil, transparan.

Semua melakukan tugas sesuai fungsi masing-masing. “Saya masih percaya semua unsur-unsur yang ada ini bisa bertindak sesuai dengan kewenangannya masing-masing,” demikian Gus Ipul.  

Sependapat dengan Gus Ipul, Abdul Mu’ti sampaikan bahwa kekhawatiran berbagai pihak akan keadaan itu sebenarnya merupakan peringatan dini saja.

Sebuah peringatan awal agar semua pihak yang melaksanakan Pemilu ini kalau dalam bahasa lama secara luber jurdil langsung umum bebas, rahasia. “Kita semua harus mengawali 

Pemilu ini, termasuk teman-teman media juga perlu ikut mengawal agar setiap kejadian yang mungkin terjadi itu dapat dimitigasi dari awal sehingga berbagai hal yang menimbulkan penyebab terjadinya kejadian sudah bisa diantisipasi sehingga bisa dihindari”, ajak Abdul Mu’ti.  

Suara Kampus Soal imbauan moral dari kampus-kampus, Abdul Mu’ti menilai hal itu menunjukkan kehirauan dari para sivitas akademika terhadap masa depan.

Sudah seharusnya tidak perlu berspekulasi, apalagi menuduh sebagai bagian dari agenda-agenda misalnya ditunggangi kelompok tertentu. Sebagai insan kampus Abdul Mu’ti melihatnya semata-mata karena kepedulian mereka terhadap masa depan bangsa, dan harapan besar mereka agar pemilu berlangsung secara luber, jujur, adil dan menghasilkan pemimpin nasional yang terbaik, wakil rakyat yang terbaik. 

Lebih jauh lagi, masih menurut Abdul Mu’ti, tentu imbauan moral itu hendaknya dihiraukan juga oleh para penyelenggara negara, oleh para penyelenggara Pemilu termasuk Presiden.

Oleh karena itu ia mengingatkan, imbauan itu jangan terlalu jauh memelihara, semuanya tetap dalam kerangka dan koridor yang sesuai dengan pesan moral dan kepentingan bangsa dan negara, bukan kepentingan partisan untuk calon tertentu. 

Pemilu dan Pilpres merupakan bagian dari proses berpolitik berbangsa dan bernegara yang harus dijalani. Abdul Mu’ti dan Gus Ipul merasa gembira melihat pelaksanaan pemilu sampai babak akhir kampanye berjalan lancar, tidak ada kejadian yang mengganggu proses politik.

Menjadi panas mungkin, kata Gus Ipul. “Tapi semuanya bisa menempatkan dalam suatu hal yang dimaklumi dan dipahami”, ujarnya.

Harapannya semoga ini terus tetap lancar, jalan terus ke depan sampai nanti hari pemilihan, setelah itu apapun hasilnya harus diterima dengan baik. 

Senada dengan Gus Ipul, terkait dengan Pemilu khususnya Pilpres Abdul Mu’ti mengiyakan apa yang disampaikan Gus Ipul bahwa sekarang alhamdulillah berjalan dengan baik, kampanye berjalan dengan lancar dan berharap suasana gembira, suasana guyub ini terus saja terbangun sampai pemilu nanti pada 14 Februari. 

Lebih lanjut Abdul Mu’ti berharap agar semua pihak bisa menerima apapun hasil pemilu itu sebagai pilihan rakyat dan sebagai wujud kedaulatan rakyat untuk Indonesia masa depan.

Indonesia Karena itu yang menang jangan jumawa, yang kalah harus legowo. Tentu saja setelah Pemilu kembali bersatu. Ada proses rekonsiliasi dan proses pengembalian sehingga setelah Pemilu tidak ada apa pun yang disebut pemenang mengambil semua, yang menang akan mengambil semuanya dan yang kalah itu akan disingkirkan.

Menurut Abdul Mu’ti itu bukan bagian dari karakter dan juga bukan bagian dari sistem politik yang ada di Indonesia, karena kita tidak mengetahui adanya pemerintah yang berkuasa dan partai yang beroposisi karena pada dasarnya semuanya adalah bagian dari pilar demokrasi di Indonesia.

Karena itu masyarakat masih punya waktu untuk menimbang calon-calon yang terbaik, masyarakat tidak apatis terhadap proses pemilu ini, juga tidak terlalu pragmatis. wani piro, tapi harus menjadi pemilih yang kritis. “Pada intinya kami Muhammadiyah mengimbau agar semua pihak sekali lagi dapat mengikuti semua tahapan Pemilu ini dengan sebaik-baiknya dan kemudian menerima apapun hasilnya sebagai bagian dan konsekuensi dari sistem demokrasi yang kita pilih bersama-sama”, pesan Abdul Mu’ti. (ek)