BANDUNG – Abdul latif, Terpidana kasus terorisme itu berhasil meraih juara 1 pada lomba MTQ kategori 10 Juz Putra Bagi Warga Binaan Pemasyarakatan se-Jawa Barat. Abdul Latif yang merupakan warga binaan Lapas Kelas IIA Banceuy, Kota Bandung itu memang punya kemampuan di bidang Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ).Kemampuannya itu membuat Abdul Latif berhasil mewakili Lapas Banceuy untuk ikut perlombaan yang digelar Kanwil Kemenkumham Jawa Barat.
“Di akhir Maret kemarin ikut perlombaan Musabaqah Tilawatil Quran cabang 10 juz, Alhamdulillah kami mendapatkan juara 1 tingkat Kanwil Jabar. Kami mewakili Lapas Banceuy,” kata Abdul Latif ditemui di Lapas Kelas IIA Banceuy, Senin (10/4). dikutip dari indosatunews.com
Dalam perlombaan itu, Abdul Latif harus melawan para narapidana lain dari lapas di wilayah Jabar. Namun berkat ketekunannya, ia berhasil meraih juara pertama.
“Jadi sistem lombanya itu sambung ayat. Jadi 10 juz itu diacak, ada 7 juri yang menanyakan, lalu kami disuruh menyambung ayat,” tuturnya.
Kepada wartawan, Abdul Latif mengakui dirinya memang mempunyai latar belakang keilmuan agama. Sebelum akhirnya terjerumus dalam radikalisme, Abdul Latif adalah sarjana lulusan Universitas Islam Madinah.
Setelah lulus, Ia kemudian mengabdikan diri dan ditugaskan menjadi Dai Atase oleh Arab Saudi di Kota Bukit Tinggi, Sumatera Barat selama 13 tahun.
“Setelah lulus saya ditugaskan menjadi Dai Atase oleh Arab Saudi di Kota Bukit Tinggi, Sumatera Barat. Sekitar 13 tahun di sana, kemudian Allah takdirkan ada ujian terkait kasus terorisme di tanggal 19 Maret 2021 tepatnya, saya ditangkap Densus 88 dan dibawa ke Cikeas,” jelasnya.
Baru di tanggal 22 Desember 2022, dirinya resmi menjadi tahanan Lapas Kelas IIA Banceuy. Ia menuturkan, program keagamaan di Lapas Banceuy difasilitasi.
Dengan bantuan dan monitor langsung oleh Kepala Lapas, Abdul Latif mengungkapkan dirinya cukup terbantu di sini.
“Kami di sini ada namanya Kamar Santri, jadi ada banyak kegiatan keagamaan. Seperti setiap pagi, kami diwajibkan untuk ikut pengajian, mengisi materi-materi Al Quran, kadang juga perbaikan membaca Al Quran,” terangnya.
Kemudian, setiap warga binaan diberi kesempatan untuk melaksanakan salat tarawih berjemaah bersama dengan narapidana lainnya.
“Khusus ramadan, kamar santri dikasih kesempatan untuk (salat) tarawih setiap malam, sementara kamar yang lain digilir,” tuturnya.
Di tempat yang sama, Kalapas Kelas IIA Banceuy Heri Kusrita mengatakan, program keagamaan memang diwajibkan kepada seluruh warga binaan pemeluk agama Islam.
Selain tadarus, Lapas Banceuy juga membuat program Kamar Santri Program Kamar Santri ini memberikan kesempatan kepada para warga binaan untuk bisa melaksanakan salat tarawih berjemaah.
“Salat tarawih gantian dengan harapan setiap kamar kebagian tarawih, hitung-hitung dalam sebulan itu satu kamar bisa kebagian 2 – 3 kali,” ujarnya.
Lebih lanjut, Heri pun berharap dengan prestasi yang diraih salah satu warga binaannya itu bisa memotivasi para napi lainnya untuk bisa berbuat baik.
Mengisi waktu dengan hal-hal yang bermanfaat seperti mengaji pun bisa jadi salah satu opsi kegiatan narapidana.
“Mudah-mudahan dengan juara 1 bisa memberikan ilmu kepada warga binaan lain, menyebarkan ilmunya ke yang lain,” ujarnya.
Menurutnya, prestasi yang didapat Abdul Latif bisa menjadi penilaian khusus Kanwil Kemenkumham dan lapas untuk memberikan remisi atau pemotongan masa hukuman narapidana. (Red).