PUSARAN.CO — Elektabilitas Partai Amanat Nasional (PAN) hasil survei lembaga Indonesia Political Opinion (IPO) naik ke posisi 7 besar dibandingkan hasil survei serupa pada periode Oktober 2022 di mana partai yang dinakhodai Zulkifli Hasan itu berada di posisi 9 besar.
Direktur Eksekutif IPO Dedi Kurnia Syah mengatakan, dari hasil survei nasional yang digelar 1-7 Maret 2023, elektabilitas PAN naik 2,1 persen menjadi 5,0 persen. PAN mampu melampaui Partai Keadilan Sosial (PKS) yang berada diposisi keenam dengan elektabilitas 4,9%. Menurut Dedi, kenaikan elektabilitas PAN sebagai sesuatu yang menarik, karena PAN termasuk partai yang mudah naik, juga turun elektabilitasnya.
Meroketnya PAN hingga mampu melampaui dua partai lainnya, menurut Dedi, salah satunya karena kemampuan Zulhas, sapaan akrab Ketum PAN, yang mampu membangun hubungan dekat dengan tokoh-tokoh kunci di republik ini, salah satunya Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Yahya Cholil Staquf.
Gus Yahya yang pada momentum peringatan satu abad NU yang diadakan PAN pada medio Februari lalu sebagai partai rasional dan tidak mengharamkan warga nadhliyin mencoblos atau memilih PAN pada Pemilu 2024 turut berkontribusi positif pada naiknya elektabilitas partai berlambang matahari putih bersinar terang tersebut.
“Pidato Ketum PBNU yang menyatakan tidak haram memilih PAN, rupanya menjalar ke pemilih nahdliyin, mereka tidak lagi terkonsentrasi pada PKB atau PPP. Di luar Jawa justru menjadi wilayah PAN dan ini kabar baik untuk PAN agar semakin gencar promosikan hubungan NU dan PAN,” ujar Dedi kepada wartawan, dikutip, Sabtu, 11 Maret 2023.
Elektabilitas PAN yang hanya terpaut 1,6% dengan elektabilitas PKB (7,6%) saat ini, kata Dedi, tidak terlepas dari kemampuan PAN mengais suara dari ceruk kaum nahdliyin.
“Tidak bisa dialihkan dari pikiran publik, bahwa pemilih NU mayoritas, dan membaca elektabilitas PKB atau PPP, rasanya tidak semua tertampung di sana, ini momentum bagi PAN menyasar mereka,” pungkasnya.
Berikut elektabilitas 10 besar partai politik versi survei IPO saat responden ditanya “Jika hari ini dilaksanakan pemilihan umum, partai politik apa yang akan Bapak/Ibu pilih?”
1. PDI Perjuangan (23,9%)
2. Partai Golkar (11,5%)
3. Partai Demokrat (10,1%)
4. Partai Gerindra (9,9%)
5. Partai Kebangkitan Bangsa (7,6%)
6. Partai Nasional Demokrat (7,2%)
7. Partai Amanat Nasional (5,0%)
8. Partai Keadilan Sejahtera (4,9%)
9. Partai Persatuan Indonesia (4,1%)
10. Partai Persatuan Pembangunan (1,7%).
Survei tersebut dilakukan secara tatap muka melibatkan 1.200 responden. Pada tahap awal, IPO terlebih dulu menentukan sejumlah desa untuk menjadi sample, pada setiap desa akan dipilih secara acak menggunakan random kish grid paper sejumlah 5 RT, pada setiap RT dipilih 2 keluarga, dan setiap keluarga akan dipilih 1 responden dengan pembagian laki-laki untuk kuesioner bernomor ganjil, perempuan untuk bernomor kuesioner genap, total responden laki-laki dan perempuan pada pembagian 50:50 persen.
Selanjutnya, pada tiap-tiap proses pemilihan selalu menggunakan alat bantu berupa lembar acak. Survei ini memiliki margin of error 2,5 persen dengan tingkat akurasi data 95 persen. Setting pengambilan sampel menggunakan teknik multistage random sampling (MRS) atau pengambilan sampel bertingkat. (*)