Jakarta – Ketua Dewan Pembina Padepokan Kosgoro 57 Ridwan Hisjam meminta semua masyarakat menahan diri untuk tidak menambah kisruh perdebatan halal-haram soal wayang. Hal itu tidak perlu lagi dibesar-besarkan.
“Kami mohon agar masyarakat menahan diri tidak memperkeruh persoalan wayang. Perdebatan soal halal dan haram wayang adalah hal yang wajar. Tidak perlu dibesar-besarkan,” ujar Ridwan, Kamis (24/3).
Ridwan mengatakan, bagi yang suka wayang, maka wayang bisa dijadikan media untuk dakwah Islam seperti yang diajarkan oleh Sunan Kalijaga. Wayang adalah seni budaya Jawa yang digunakan untuk mengajarkan kebaikan.
“Kalau ada yang tidak suka, ya sudah cukup tidak perlu menanggap wayang. Tidak perlu menonton dan mendengarkan. Dan jangan juga menyalahkan, hormati mereka yang suka terhadap wayang,” terang Ridwan.
Wayang sendiri kata Ridwan adalah Budaya luhur orang Jawa yang penuh kearifan dan kebijaksanaan. Selama itu digunakan untuk mengajarkan dakwah kalimat Tauhid, seperti Sunan Kalijaga maka tidak salah, dan tidak bertentangan dengan Islam.
“Wayang sendiri adalah budaya Nusantara yang sudah diatur dalam UUU Pemajuan Kebudayaan No 2017,” ungkapnya.
Menurut Ridwan, sering kali masyarakat atau umat Islam terpecah karena adanya perbedaan khilafiyah. Untuk itu kata dia, penting sekali peran para ulama untuk mengajarkan kepada umatnya tentang bagaimana cara menghargai perbedaan dalam memahami sebuah cabang ilmu agama.
“Sering kali memang persoalan khilafiyah ini menjadi penyebab perpecahan umat. Masyarakat perlu diajarkan lagi agar bagaimana bisa memahami perbedaan, tidak mudah menyalahkan. Khilafiyah itu pasti akan selalu ada, tapi jangan sampai menghilangkan subtansi kita dalam bergama,” terang Ridwan.
Ridwan juga mengajak masyarakat untuk bisa berpikir luas dalam memahami perbedaan, tidak mudah terprovokasi, tidak gampang menyalahkan. Sebab, ada hal yang lebih penting yang harus dipertahankan, yaitu persaudaraan dan persatuan umat dan bangsa.
“Jadi saya mohon ini segara diakhiri, jangan lagi digoreng, dibesar-besarkan karena tidak manfaatnya, karena merusak persaudaraan umat Islam,” jelasnya.
Seperti diketahui, polemik ini bermula ketika Khalid Basalamah mengomentari pertanyaan jemaah soal hukum wayang dalam Islam. Ia menyebut sebaiknya hal ditinggalkan dan meminta dalang bertaubat karena tak sesuai dengan standar Islam. Pernyataan itu lantas menuai reaksi keras dari pelbagai kalangan terutama kalangan dalang.
Lalu, pendakwah Miftah Maulana Habiburrahman alias Gus Miftah turut menggelar pertunjukan wayang kulit di Pondok Pesantren asuhannya, Ora Aji, Sleman Yogyakarta. Pertunjukan wayang itu dinilai penuh sindiran yang diduga ditujukan untuk Khalid yang mempermasalahkan keharaman wayang.