Zulfikri Anas (Ist)
JAKARTA – Kepala Pusat Kurikulum dan Pembelajaran Kemendikbud Ristek Zulfikri Anas menilai pembelajaran model ceramah dari isi buku oleh guru sudah ketinggalan zaman.
“Siswa harus diberi pengalaman nyata. Pembelajaran ceramah seperti di buku sudah tidak zamannya lagi,” kata Zulkifri saat sosialisasi ‘Kurikulum Merdeka Belajar Sebagai Opsi Pemulihan Pembelajaran’ di Semarang, Sabtu (17/12/2022).
Menurut dia, kurikulum Merdeka melanjutkan apa yang sudah baik dari kurikulum sebelumnya yang disesuaikan dengan kebutuhan anak.
Ia menjelaskan siswa jangan selalu dituntun, namun harus dibiasakan berpikir untuk menemukan sesuatu yang baru.
Dalam kurikulum Merdeka, kata dia, penilaian terhadap minat anak dilakukan sejak awal, pertengahan, hingga akhir.
“Penilaian awal untuk mengetahui anak butuh apa,” katanya.
Dalam kurikulum Merdeka, lanjut dia, beban administrasi guru akan dikurangi sehingga mereka bisa berfokus pada siswa.
Wakil Ketua Komisi X Agustina Wilujeng yang juga menjadi narasumber dalam sosialisasi tersebut, menanbahkan, kurikulum Merdeka memberi kesempatan siswa mengembangkan kreativitas.
“Saat ini kita semua dalam proses penyesuaian, tidak hanya guru,” kata politikus PDIP tersebut.
Selain itu, menurut dia, kurikulum Merdeka menuntut peran serta orangtua.
“Sisa waktu di luar sekolah siswa lebih banyak berinteraksi dengan keluarga. Orangtua paling bertanggung jawab terhadap pendidikan karakter anak,” katanya. (*)