Sumber: BMKG

JAKARTA – Terjadi tsunami setinggi 11 centimeter di Pulau Tanabala saat gempa mengguncang Mentawai, Sumatera Barat, Selasa (25/4/2023) pukul 3.00 WIB.

Badan Meteorologi klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengumumkan peringatan dini tsunami usai gempa magnitudo 7,3 mengguncang Kabupaten Kepulauan Mentawai pada Selasa dini hari.

Koordinator Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono membeberkan data hasil pengamatan tinggi muka laut.

Baca Juga

“Tercatat ketinggian tsunami di Tanah Bala dengan ketinggian 11 cm,” cuitnya dikutip dari Twitter @DaryonoBMKG, Selasa.

Berdasarkan unggahan Daryono, tsunami terjadi pada pukul 20.18 UTC atau 3.18 WIB, sekitar 18 menit usai gempa mengguncang mentawai.

Adapun daerah yang berpotensi terdampak tsunami dengan status waspada yakni di Nias Selatan, Pulau Tanabala.
Meski demikian BMKG mengakhiri peringatan dini tsunami pada pukul 5.17 WIB pagi atau dua jam setelah gempa Mentawai.

Diketahui sebelumnya gempa magnitudo 7,3 mengguncang Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumbar pada pukul 3.00 WIB jelang pagi.

Gempa tersebut terjadi pada titik koordinat 0,93 lintang selatan (LS) dan 98,39 bujur timur (BT).

Pusat gempa berada di laut 177 km barat laut Kepulauan Mentawai dengan kedalaman 84 km.

Menurut keterangan BMKG, gempa tersebut dirasakan hingga skala MMI VI Siberut, VI Mentawai, V Pasaman Barat, V Padang Pariaman, V Agam.

Kemudian MMI V Padang, III Gunung Sitoli, III Padang Panjang, III Pesisir Selatan, III Limapuluh Kota, III Solok Selatan, III Solok,

Selanjutnya MMI III Bukittinggi, II Labuhanbatu, II Padang Sidempuan.

MMI merupakan singkatan dari Modified Mercalli Intensity.
Dikutip dari laman resmi BMKG, skala Mercalli adalah satuan untuk mengukur kekuatan gempa bumi.

Satuan ini diciptakan oleh seorang vulkanologis dari Italia yang bernama Giuseppe Mercalli pada tahun 1902.

Skala Mercalli terbagi menjadi 12 pecahan berdasarkan informasi dari orang-orang yang selamat dari gempa tersebut dan juga dengan melihat serta membandingkan tingkat kerusakan akibat gempa bumi tersebut.

Skala Mercalli adalah sangat subjektif dan kurang tepat dibanding dengan perhitungan magnitudo gempa yang lain.

Oleh karena itu, saat ini penggunaan Skala Richter lebih luas digunakan untuk mengukur kekuatan gempa bumi.

Tetapi skala Mercalli yang dimodifikasi, pada tahun 1931 oleh ahli seismologi Harry Wood dan Frank Neumann masih sering digunakan. Terutama apabila tidak terdapat peralatan seismometer yang dapat mengukur kekuatan gempa bumi di tempat kejadian. (*)