BAHANAGA, INDIA – Tim penyelamat dan keluarga mengorek-ngorek gerbong kereta yang hancur pada Minggu untuk menemukan lebih banyak korban kecelakaan kereta api terburuk di India dalam lebih dari dua dekade dengan kegagalan sinyal muncul sebagai kemungkinan penyebabnya.
Setidaknya 288 orang tewas pada Jumat ketika sebuah kereta penumpang keluar jalur dan menabrak satu kereta lainnya di dekat distrik Balasore di negara bagian timur Odisha.
Lima mayat lagi dibawa ke sekolah yang digunakan sebagai kamar mayat di dekat lokasi kecelakaan pada Minggu pagi.
“Kami tidak tahu berapa banyak lagi jenazah yang akan datang,” kata seorang petugas kesehatan.
Indian Railways mengatakan mengangkut lebih dari 13 juta orang setiap hari. Tetapi monopoli yang dikelola negara memiliki catatan keamanan yang tidak merata karena infrastruktur yang menua.
Perdana Menteri Narendra Modi, yang menghadapi pemilihan umum tahun depan, mengunjungi tempat kejadian pada Sabtu untuk berbicara dengan petugas penyelamat, memeriksa reruntuhan dan menemui beberapa dari hampir 1.200 orang yang terluka.
South Eastern Railway mengatakan laporan awal menunjukkan bahwa kecelakaan itu akibat kegagalan sinyal.
Reuters mengutip seorang pejabat kereta api yang menolak disebut identitasnya, kecelakaan itu terjadi ketika salah satu kereta keluar dari jalur utama ke jalur samping dan bertabrakan dengan kereta barang stasioner, yang menyebabkannya tergelincir. Kereta penumpang bergerak dengan kecepatan mendekati 130 kph (81 mph), kata pejabat ini.
“Kami dipanggil polisi dan diminta datang,” kata Baisakhi Dhar dari negara bagian Benggala Barat, mencari suaminya Nikhil Dhar.
Dia mengatakan koper dan ponsel suaminya telah ditemukan tetapi tidak memiliki informasi tentang keberadaannya.Lebih dari 1.000 orang terlibat dalam penyelamatan, kata Kementerian Kereta Api di Twitter.
“Targetnya Rabu pagi seluruh pekerjaan restorasi selesai dan rel sudah bisa berfungsi,” kata Menteri Perkeretaapian Ashwini Vaishnaw.
Di sebuah pusat bisnis tempat jenazah diambil untuk identifikasi, puluhan kerabat menunggu, banyak yang menangis dan memegang kartu identitas serta foto orang-orang terkasih yang hilang.
Kanchan Choudhury, 49, sedang mencari suaminya di pusat tersebut. Lima orang dari desanya sedang melakukan perjalanan dengan kereta api, empat di antaranya dirawat di rumah sakit karena luka-luka. Namun suaminya ditemukan tewas, Kanchan Choudhury mengatakan kepada Reuters saat dia menangis sambil menunggu untuk menuntut ganti rugi di konter di pusat tersebut, membawa kartu identitas dirinya dan suaminya.
Keluarga yang meninggal akan mendapatkan kompensasi 1 juta rupee (12.000 AS), sedangkan yang terluka parah akan mendapatkan 200.000 rupee, dengan 50.000 rupee untuk luka ringan, kata Vaishnaw Sabtu.
Presiden AS Joe Biden, Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau, Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak dan Presiden Prancis Emmanuel Macron telah menyatakan belasungkawa. (*)