JAKARTA – Tentara Nasional Indonesia (TNI) telah memetakan beberapa ancaman potensial terhadap pembangunan ibu kota negara (IKN) Nusantara di Kalimantan Timur.
Kepala kelompok staf ahli Pangdam VI Mulawarman Brigjen TNI Ivancius Siagian mengatakan sudah menjadi tugas pokok TNI untuk mengamankan pembangunan IKN, karena IKN merupakan lambang dan simbol kedaulatan negara.
“Wilayah penugasan Kodam VI Mulawarman terdiri atas tiga provinsi yakni Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Selatan,” kata Ivancius Siagian dalam webinar ‘IKN dan mitigasi radikalisme terorisme’, Selasa (213/2023)
Dalam webinar yang digelar Sekolah Kajian Stratejik dan Global (SKSG) Universitas Indonesia, Ivancius Siagian menjelaskan berdasarkan pemetaan tersebut, Kalbar merupakan lima besar wilayah rawan radikalisme.
Ivancius Siagian menguutip hasil survei BNPT, Kalbar juga merupakan wilayah yang berbatasan langsung dengan negara tetangga dan memiliki akses besar dari dan keluar negeri.
“Potensi trans nasional crime seperti penyelundupan manusia,” ujarnya dilansir Antara.
Menurut dia, belum lama ini, Batalyon infanteri di perbatasan Kaltara, menggagalkan penyeludupan 24 kilogram narkotika jenis sabu-sabu.
Selanjutnya pemetaan wilayah Kaltim, yang masuk dalam kelompok terorisme jaringan Filipina Selatan dan Poso Sulawesi Tengah. Kemajemukan masyarakat dimanfaatkan jaringan terorisme untuk deception (penipuan) serta wilayah yang berbatasan langsung dengan negara tetangga dan memiliki akses besar dari dan keluar negeri.
Kemudian di wilayah Kalsel, skala masyarakat yang terpapar radikalisme berada di ambang menegah, dengan skala 55,5 poin. Provinsi dengan tingkat kemajemukan tinggi dan memiliki garis pantai cukup panjang, yang dapat menjadi akses infiltrasi.
Selain itu, Kodam VI Mulawarman memetakan ‘sel tidur’ di antaranya Kaltara dengan dua kelompok radikal, satu napi teroris (napiter) dan satu mantan napiter.
Selanjutnya Kaltim dengan 21 kelompok radikal, dua napiter, 15 mantan napiter dan empat simpatisan.
Kemudian di Kalsel terdapat 19 kelompok radikal, tujuh napiter, satu mantan napiter dan 11 simpatisan.
Dia mengungkapkan kegiatan dari sel tidur itu yakni penguatan sel-sel baru kelompok radikal, dengan penyebaran doktrin radikalisme. Memasukkan anak-anak ke pondok pesantren radikal hingga melaksanakan amaliah pada momen tertentu. (*)