SERANG,- Rutan Kelas IIB Serang melakukan Screening TB atau mendeteksi sedini mungkin adanya Tuberkulosis atau TBC (Flek Paru-paru) pada Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) serta seluruh jajaran Staf Rutan. Senin (21/03/2022).

Kegiatan yang diusung oleh Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham) ini merupakan upaya dalam menekan penularan TBC di dalam Rutan dan Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) di Indonesia.

Kepala Rutan Kelas IIB Serang Dody Naksabani menyampaikan, untuk memastikan seluruh WBP dan Staf Rutan melakukan Screening TB, kegiatan tersebut akan dibagi menjadi tiga sesi selama tiga hari berturut-turut dengan jumlah peserta screening sebanyak 150-170 orang perharinya.

Baca Juga

“Jumlah WBP kurang lebih 500, Agar bisa terlaksana secara menyeluruh dan efektif mungkin akan kita bagi menjadi tiga hari, perhari 150-170 orang yang screening,” ucap Lelaki yang akrab disapa Dody.

Penyakit yang disebabkan oleh infeksi sejenis bakteri Bernama Mycobacterium Tuberculosis sesungguhnya tidak hanya menyerang pada paru-paru namun juga pada organ lain seperti kelenjar getah bening, selaput pembungkus otak, usus dan sebagainya.

Upaya deteksi TBC ini bisa dilakukan dengan beragam prosedur, mulai dari lewat wawancara mendalam, pemeriksaan fisik, hingga beberapa pemeriksaan penunjang, seperti tes dahak, rontgen, tes darah, dan sebagainya. Pemeriksaan ini idealnya dilakukan langsung oleh dokter atau dokter penyakit dalam agar dapat memberikan pertolongan pertaman dan pengobatan yang tepat.

“Kita bekerjasama dengan Dinkes Provinsi dan Kota untuk kegiatan ini. Sebelum di rontgen kami ambil seample dahak mereka dan pemeriksaan fisik. Yang sudah melakukan screening kami langsung bagikan sarapan,” kata Dody.

Sebagaimana diketahui, TBC merupakan penyakit yang bisa menular dengan sangat mudah, yakni lewat terhirupnya percikan lendir dari saluran napas, contohnya saat penderita batuk, bersin, bahkan meludah sembarangan. Dan jika sudah terjadi penularan, maka masa pengobatan akan cukup panjang (minimal 6 bulan berturut-turut) dan produktifitas penderitanya pun bisa menurun drastis. Tidak jarang bahkan TBC berujung pada komplikasi yang berat, seperti efusi pleura, penyebaran infeksi ke organ yang jauh, bahkan gagal napas dan kematian. (Red)