PUSARAN.CO – Ditengah pandemi covid 19, masjid sebagai tempat ibadah, tidak berfungsi sebagaimana mestinya demi untuk memutus mata rantai penyebaran wabah covid 19.
Namun tidak dengan Masjid Jogokariyan. Masjid yang satu ini, malah semakin sibuk dalam melayani masyarakat.
Ustadz M Jazier ASP, Ketua Masjid Jogokariyan, yang juga mantan aktivis Pelajar Islam Indonesia (PII) yang sekarang juga adalah aktivis Keluarga Besar Pelajar Islam Indonesia (KB PII), mengatakan, masjid tidak boleh terpisahkan atau jauh dari masyarakat masjid harus menjadi sentral dari semua aktivitas masyarakat,” ujarnya dalam acara webinar KB PII.
Acara webinar yang diadakan KB PII 16 Mei 2020 dengan tema ‘Momentum Kebangkitan Umat : Peran Masjid Dalam Pemberdayaan Ekonomi Dan Sosial Umat Di Tengah Pandemi Covid-19’, turut juga dihadiri oleh Ketua Umum Keluarga Besar Pelajar Islam Indonesia (KB PII) Nasrullah Larada, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Anggota DPD RI Bapak Jimly As Shidiqie, mantan wakil Presiden yang juga Ketua Dewan Masjid Indonesia (DMI) Jusuf Kalla, Motivator Rendy Syahputra, Entrepernur Valentino Dinsi dan Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah Ditjen Bimas Islam, Drs. Moh. Agus Salim, M.Pd .
Selain itu, peserta webinar tersebut dihadiri hampir oleh seluruh pengurus KB PII se-Indonesia, ada pengurus KB PII Aceh NTB Jawa Timur Maluku dan aktivis DKM Masjid dari seluruh Indonesia
Menurut M Jazier Masjid harus menjadi pusat kegiatan masyarakat baik peribadatan sosial ekonomi, politik, budaya, pertahanan dan lain sebagainya. Pada masa PSBB ini masjid Jogokariyan menjadi tumpuan dan harapan bagi masyarakat untuk mendapatkan bantuan.
Bantuan yang diberikan oleh masjid Jogokariyan tidak hanya bantuan yang bersifat jangka pendek atau short term’ berupa sembako namun juga pemberdayaan yang bersifat jangka panjang atau long term.
Bantuan yang bersifat jangka pendek atau seperti pembagian sembako hanya bersifat sementara, namun yang jauh lebih penting dari itu adalah pemberdayaan masyarakat di tengah gelombang PHK, tidak boleh keluar rumah dan juga saat ekonomi carut-marut.
Menghadapi hal ini, masjid Jogokariyan mengambil inisiatif yaitu memberdayakan masyarakat melalui berbagai program yang bisa dilakukan oleh masyarakat sesuai dengan protokol kesehatan.
Misalnya masjid Jogokariyan meminta kepada ibu-ibu penjahit untuk membuatkan masker.
Masjid Jogokaryan sendiri mengeluarkan uang kasnya untuk membeli bahan-bahan masker yang kemudian dijahit oleh ibu-ibu di rumah masing-masing.
Masker-masker tersebut kemudian dijual atas nama masjid, sehingga masjid tetap mempunyai kas untuk kemudian digulirkan lagi dengan program-program yang lainnya.
Tak sedikit orang-orang yang datang mengadu ke masjid Jogokariyan adalah mereka yang dirumahkan atau di PHK dari tempat kerjanya.
Diantara mereka yang dirumahkan dari hotel-hotel adalah tukang masak atau chef-chef yang ada di Yogyakarta. Mereka datang ke masjid Jogokariyan dan meminta bantuan.
Pengurus Masjid Jogokariyan mempunyai inisiatif untuk memberdayakan para chef chef yang pandai itu, untuk membuat bumbu-bumbu masakan yang kemudian dijual oleh masjid.
Dari penjualan tersebut, masjid mendapatkan uang kas dan keuntungan bagi para chef-chef tersebut. chef-chef yang tadinya hidup sudah mengkhawatirkan, kini malah bersemangat hidupnya, bahkan bergembira karena mereka mendapatkan uang yang jauh lebih besar dibandingkan dengan gaji menjadi chef di hotel.
Masih banyak lagi kreativitas dan pemberdayaan yang dilakukan oleh masjid Jogokariyan yang membuat masjid dijadikan pusat ibadah, pengaduan, harapan dan pusat kegiatan apapun oleh masyarakat.
Socialpreneur Valentino Dinsi menyampaikan bahwa dalam keadaan wabah seperti ini, maka masjid dapat memerankan peranan yang sangat penting untuk mendorong perekonomian masyarakat.
Menurutnya ada sejumlah peluang usaha bagi masjid untuk dilakukan dalam masa covid-19 ini diantaranya kuliner, sembako, buat whatapps group (WAG) untuk saling berbelanja, membuat hand sanitizer, menyediakan jasa tukang cukur dan bengkel panggilan, perbaikan komputer, jasa kecantikan, menyediakan makanan segar, herbal Indonesia dengan kata lain masjid harus menjadi warung bagi masyarakat.
“Maka masjid akan berdaya dan masyarakat pun akan berdaya oleh karena itu sebaiknya masjid membuat warung masjid sehingga menjadi suatu ekosistem yang akan dibutuhkan oleh masyarakat,” elasnya.
Dari diskusi tersebut, baik Pengurus masjid Jogokaryan maupun Valentino Dinsi bersedia untuk memberikan bimbingan dan arahan kepada masjid-masjid untuk menjadikan masjidnya berdaya.(rls).