JAKARTA – Diskusi bertema RM Margono djojohadikoesoemo layak menjadi pahlawan Nasional yang diprakarsai Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) dan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) yang dihadiri penulis sejarah, pemerhati sejarah dan juga penggiat Media juga menghadirkan narasumber Komisaris Sigma, Yuristiarso dan juga ketua PWI Jawa Timur Lutfi Hakim.

Dipandu oleh moderatir Imam Fadli, Yuristiarso menyampaikan sekilas biografi RM Margono djojohadikoesoemo, yang ternyata dari keluarga bangsawan.

“RM Margono lahir pada 16 Mei 1894 di Banyumas. Ayahnya adalah berasal dari kelompok priyayi, keluarga dia merupakan keturunan bangsawan yang pernah berperang melawan Belanda selama Perang Jawa,” papar Yuristiarso.

Baca Juga

Menurut Yuristiarso, RM Margono menggambarkan keluarganya sebagai bangsawan “miskin”. Ia mulai belajar di Europeesche Lagere School (sekolah dasar kolonial) pada tahun 1901, dan setelah lulus pada tahun 1907 ia melanjutkan pendidikannya di Opleiding School Voor Inlandsche Ambtenaren (OSVIA; sekolah pegawai negeri) di Magelang hingga tahun 1911.

“Sehari setelah pelantikan Soekarno dan Hatta menjadi Presiden dan Wapres, dibentuk Kabinet Presidentil dan Dewan Pertimbangan Agung Sementara (DPAS). Sebagai Ketua DPAS yang pertama ditunjuklah R.M. Margono Djojohadikusomo,” jelasnya.

Sebagai Ketua DPAS, lanjut Yuristiarso, RM Margono mengusulkan supaya dibentuk sebuah Bank Sentral atau Bank Sirkulasi seperti yang dimaksud dalam UUD ’45. Soekarno-Mohammad Hatta kemudian memberikan mandat kepada RM Margono untuk membuat dan mengerjakan persiapan pembentukan Bank Sentral (Bank Sirkulasi) Negara Indonesia pada tanggal 16 September 1945.

“Pada tanggal 19 September 1945, sidang Dewan Menteri Republik Indonesia memutuskan untuk membentuk sebuah bank milik negara yang berfungsi sebagai “Bank Sirkulasi”,” ungkapnya.

Lebih lanjut Ia menjelaskan, Akhirnya pada 15 Juli 1946, terbitlan Perppu nomor 2 tahun 1946 tentang pendirian Bank Negara Indonesia, dan penunjukan R.M. Margono Djojohadikusomo sebagai Direktur Utama Bank Negara Indonesia (BNI).

“Selama ia menjadi dirut Bank BNI, pada tahun 1970, status hukum Bank Negara Indonesia diubah menjadi persero,” pungkasnya.

Sementara itu ketua PWI Jawa Timur Lutfi Hakim menjelaskan RM Margono Djojohadikoesoemo, yang lahir pada 16 Mei 1894 dan meninggal pada 25 Juli 1978 adalah direktur utama pertama dari Bank Negara Indonesia. Ia adalah keturunan dari Raden Joko Kaiman yang merupakan pendiri Kabupaten Banyumas, sekaligus Bupati Banyumas yang pertama.

“RM Margono Djojohadikoesoemo merupakan orang tua dari begawan ekonomi Indonesia, Prof. Dr. Soemitro Djojohadikoesoemo,” jelas Lutfi.

Lutfi menilai RM Margono djojohadikoesoemo, merupakan bangsawan yang merakyat, dan secara turun temurun merupakan keluarga pejuang kemerdekaan Republik Indonesia.

Untuk itu ia menilai sangat wajar dan sebuah keharusan jika RM Margono djojohadikoesoemo ditetapkan sebagai pahlawan nasional, terlepas dirinya merupakan kakek dari presiden Prabowo. (***)