Gunung Bromo terpantau dari Pos Pengamatan Gunung Bromo di Kabupaten Probolinggo pada Sabtu (11/2/2023) (Anatara/HO-PVMBG)

PROBOLINGGO – Gempa tremor berkelanjutan selama beberapa hari terakhir mendominasi aktivitas Gunung Bromo di Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur. Status gunung yang memiliki ketinggian 2.329 meter di atas permukaan laut (mdpl) itu berada pada Level II atau Waspada.

Petugas Pos Pengamatan Gunung Bromo di Kabupaten Probolinggo Hadi Purwoko dalam laporan tertulisnya yang diterima Minggu (11/2/2023) ini menyebutkan pada periode pengamatan 11 Februari 2021 pukul 00.00-24.00 WIB tercatat dalam seismograf terjadi satu kali gempa tremor menerus dengan amplitudo 0,5-1 mm.

“Secara visual Gunung Bromo terlihat jelas hingga tertutup kabut. Teramati asap kawah utama berwarna putih dengan intensitas tipis, sedang hingga tebal dengan ketinggian sekitar 50-600 meter dari puncak,” tuturnya.

Baca Juga

Disebutkan cuaca cerah hingga hujan, angin lemah hingga sedang ke arah timur laut dan timur dengan suhu udara sekitar 13-21derajat Celcius dan intensitas curah hujan 42 mm per hari.

Sedangkan pengamatan kegempaan pada Jumat (10/2) periode 00.00-24.00 WIB tercatat satu kali gempa tremor menerus dengan amplitudo 0,5-1 mm.

Aktivitas kawah Gunung Bromo sempat mengalami peningkatan pada 4 Februari 2023 karena teramati sinar api dari dalam kawah berdasarkan pengamatan visual pada tanggal 3 Februari 2023 pukul 21.14 WIB.

Bau belerang tercium kuat dari bibir kawah dan terdengar suara gemuruh. Asap kawah dalam 1 minggu terakhir teramati berwarna putih tipis hingga tebal dengan ketinggian 50-900 meter dari puncak, serta vegetasi pada dinding kaldera sebelah timur berwarna kuning dan mengering akibat paparan asap kawah Gunung Bromo.

Hadi Purwoko menyebut status Gunung Bromo berada pada Level II atau Waspada, sehingga masyarakat diimbau tidak memasuki areal kawah dalam radius 1 kilometer dari kawah aktif Gunung Bromo.

Masyarakat di sekitar Gunung Bromo, pedagang, wisatawan, pendaki, dan pengelola wisata agar mewaspadai terjadinya letusan freatik yang bersifat tiba-tiba dan tanpa didahului oleh gejala-gejala vulkanik yang jelas. (*)