Jakarta (ANTARA) – Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk menurunkan emisi karbon transportasi udara melalui penggunaan bahan bakar nabati untuk pesawat.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan sektor transportasi udara turut menyumbang 2 persen dari total emisi karbondioksida dunia, sehingga berdampak terhadap isu pemanasan global dan perubahan iklim.
“Kami menyadari pengembangan bioavtur merupakan isu strategis tidak hanya di dalam negeri tapi juga di luar negeri,” ujarnya dalam keterangan di Jakarta, Rabu.
Saat ini, Indonesia telah berhasil melakukan uji coba campuran bahan bakar nabati untuk pesawat terbang dengan nama produk Bioavtur J2.4 yang diproduksi oleh PT Pertamina (Persero) di Kilang Cilacap, Jawa Tengah.
Produk bioavtur J2.4 mengandung bahan bakar nabati dari minyak inti kelapa sawit sebanyak 2,4 persen melalui teknologi katalis. Bahan bakar ini baru saja diuji coba pesawat CN235 yang melakukan penerbangan dari Bandung menuju Jakarta.
Menurut Menteri Budi Karya, uji coba penerbangan campuran bahan bakar bioavtur itu dapat menjadi momentum positif bagi Indonesia untuk segera menuntaskan pengujian bioavtur pada pesawat udara sipil, merealisasikan produksi energi baru terbarukan, hingga menambah daftar kontribusi nyata Indonesia dalam upaya penurunan emisi karbon dan mencegah perubahan iklim dunia dari aktivitas penerbangan.
Produk bioavtur J2.4 telah melalui proses panjang hingga akhirnya bisa dipakai sebagai bahan bakar pesawat.
Kegiatan co-processing bioavtur skala laboratorium dimulai di Pusat Rekayasa Katalis Institusi Teknologi Bandung dengan menggunakan bahan baku refined bleaced degummed palm kernel oil (RBDPKO) dengan katalis Merah Putih.
Kemudian selanjutnya dilakukan uji coba produksi co-processing skala industri di Refinery Unit IV Cilacap PT Pertamina (Persero) menghasilkan J2.0 pada 2020 dan J2.4 pada awal 2021.
Serangkaian uji coba teknis bioavtur J2.4 telah dilakukan sepanjang September hingga Oktober tahun ini.
Hasil uji menunjukkan bahwa produk J2.4 dapat memenuhi spesifikasi bahan bakar avtur sesuai Keputusan Direktur Jenderal Migas Nomor 35 Tahun 2021 atau dapat dikatakan secara spesifikasi produk J2.4 dapat digunakan sebagai pengganti avtur murni.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif mengatakan keberhasilan uji coba terbang pesawat dari Bandung ke Jakarta menjadi sejarah baru penerbangan pesawat menggunakan bahan bakar nabati campuran inti minyak sawit.
“Keberhasilan ini akan menjadi tahap awal dalam peningkatan kontribusi bioavtur di sektor transportasi udara dalam rangka meningkatkan ketahanan dan keamanan energi nasional,” ujarnya.
Dalam Peraturan Kementerian ESDM nomor 12 tahun 2015, pemerintah telah yang mengatur kewajiban pencampuran bahan bakar nabati dalam bahan bakar jenis avtur dengan persentase sebesar 3 persen pada 2020 dan meningkat menjadi 5 persen pada 2025.
Pemerintah mendorong penggunaan bahan bakar nabati pada pesawat terbang untuk mengurangi emisi karbon yang dihasilkan transportasi udara. Selain itu, pengembangan bioavtur juga menjadi upaya pemerintah dalam memanfaatkan potensi kelapa sawit lokal.